KEDIRIi – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana melalui Sekda M. Solihin secara resmi membuka pagelaran wayang 72 jam. Dimainkan 12 dalang asli Kediri, membawa lakon Babad Kadhiri, bertempat di Lapangan Desa Papar, Selasa (02/05).
Tepat pukul 00.00 dini hari, pagelaran wayang membawakan lako kisah tanah Kediri digelar selama tiga hari berturut-turut. Acara dimulai Selasa dini hari direncanakan berakhir Kamis malam.
Seiring tagline Kediri Berbudaya, acara digagas Mas Dhito sapaan akrab Bupati. Dipersembahkan kepada masyarakat pecinta wayang kulit dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Kediri Ke-1219. Acara ini bentuk kerjasama pemerintah daerah dengan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Kediri.
“Melalui cerita yang utuh dan ditampilkan secara berseri ini diharapkan masyarakat khususnya generasi muda menjadi lebih tahu dan paham mengenai sejarah Kediri,” kata Mas Dhito.
Babad Kadhiri yang dibawakan dalam perspektif cerita pewayangan ini menjadi sarana tranformasi pengetahuan sejarah Kediri yang sangat berharga.
Selain sebagai tontonan, pagelaran wayang kulit ini diharapkan dapat menjadi tuntunan. Sebab, banyak nilai-nilai positif yang dapat dipelajari melalui lakon atau cerita yang dibawakan dalang.
“Dengan mengetahui jalannya cerita dengan karakteristik tokoh yang ada dalam tiap lakon, kita berharap ada nilai-nilai positif yang dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian,” tutur Mas Dhito.
Ki Didik Wibisono, perwakilan Pepadi Kabupaten Kediri mengungkapkan, cerita-cerita dalam Babad Kadhiri yang dibawakan dalam pagelaran wayang kulit diakui baru pertama kali ini dibawakan secara utuh.
“Pertama kali ini, penampilan secara utuh, mulai dari berdirinya kerajaan Mamenang sampai tenggelamnya (Kerajaan Mamaneng),” terangnya.
10 lakon yang dibawakan dalam pergelaran itu _Pertama_, Babad Mamenang yang menceritakan sejarah munculnya Kerajaan Mamenang. _Kedua_, Sri Aji Joyoboyo Jumeneng menceritakan sejarah Sri Aji Jayabaya menjadi raja di Mamenang.
_Tiga_, Jongko Jinarwo menceritakan tentang Sri Aji Jayabaya medharake/memaparkan tentang Jangka Jaya Baya. _Empat_, Mayangkoro yang menceritakan tentang moksanya Resi Mayangkoro/Anoman.
_Lima_, Angling Dharma, menceritakan kelahiran Angling Dharma cucu dari Sri Aji Jayabaya. _Enam_, Sang Cakrawartin (Cakrawartin artinya utusan Tuhan) lakon ini menceritakan epos kepahlawanan Angling Dharma membantu Kerajaan Kediri dari marabahaya.
_Tujuh_, Jaya Amijaya Dadi Ratu yang menceritakan Raden Jaya Amijaya anak dari Prabu Jayabaya menjadi raja. _Delapan_, Jaya Amisena Dadi Ratu, menceritakan Raden Jaya Amisena anak Prabu Jaya Amijaya menjadi raja.
_Sembilan_, Sri Aji Pamasa Krama, menceritakan pernikahan anak Prabu Jaya Amisena yang bernama Sri Aji Pamasa. _Sepuluh_, Sri Aji Pamasa, menceritakan Kerajaan Mamenang yang dilanda banjir bandang, sehingga kerajaan tenggelam, dan Kerajaan Mamenang dipindah ke Pengging.
Keseluruhan ada 12 dalang yang akan membawakan semua lakon-lakon itu secara berseri selama 3 hari. Tak hanya dalang pria, namun juga akan tampil dalang wanita.
editor : Nanang Priyo Basuki