Lebih dari sekadar identitas, penggunaan songkok dan hijab oleh para pejabat menunjukkan bahwa Pemkot Kediri tengah membangun wajah pemerintahan yang religius, berbudaya, dan merakyat. Dan di tengah derasnya arus modernisasi, mereka tak lupa menjaga warisan budaya, sebuah langkah kecil yang membawa makna besar.
penulis : Nanang Priyo Basuki – Jurnalis kediritangguh.co
Seiring berjalannya kepemimpinan Wali Kota Vinanda Prameswati dan Wakil Wali Kota KH. Muhammad Qowimuddin Thoha, semangat untuk mewujudkan Kediri Mapan mulai terasa nyata. terutama dari sisi citra kepemimpinan dan suasana di lingkungan Balai Kota Kediri.
Dari pengamatan redaksi, pasangan pemimpin ini konsisten menampilkan figur yang religius, bersahaja, namun tetap tegas. Mbak Wali sapaan akrab Vinanda Prameswati, selalu tampil mengenakan hijab yang menjadi identitasnya sebagai pemimpin perempuan muslimah. Di sisi lain, Gus Qowim, panggilan akrab wakil wali kota, juga tak pernah melepas songkok dalam setiap agenda resmi. Keduanya tampak menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan religius dalam kepemimpinan.
Kebiasaan ini ternyata menular ke beberapa pejabat di lingkungan pemerintah kota, mulai mengikuti gaya kepemimpinan tersebut. Kerap terlihat Mandung Sulaksono, Asisten Pemerintahan dan Kesra, HM. Anang Kurniawan yang kini memimpin Dinas Pendidikan, hingga H. Ahmad Jainudin, Kabag Kesra yang baru saja menunaikan ibadah haji, tampak konsisten mengenakan songkok dalam berbagai kegiatan dinas.
Kebiasaan sederhana ini ternyata menyimpan makna yang dalam. Songkok bukan hanya simbol busana tradisional, tetapi juga mencerminkan kesopanan, kedisiplinan, dan komitmen etika dari para pemimpin. Dalam konteks birokrasi, konsistensi penampilan ini turut membentuk budaya kerja yang tertib dan penuh penghormatan terhadap nilai-nilai luhur bangsa.