KEDIRI – Sebanyak 225 dari total 266 siswa SMPN 2 Ngasem turut serta dalam kegiatan wisata edukasi ke Yogyakarta yang digelar pada Jumat (20/06). Meski didominasi peserta, kegiatan ini tak lepas dari sorotan. Sebanyak 41 siswa lainnya tidak dapat ikut serta, dengan alasan yang beragam – dari mabuk perjalanan hingga ketidaksiapan finansial.
Menanggapi hal itu, Kepala SMPN 2 Ngasem, Sulistyo Wulandari, menegaskan bahwa sekolah berupaya tetap merangkul seluruh siswa, termasuk yang tidak ikut perjalanan ke Yogyakarta.
“Kami tidak ingin ada yang merasa ditinggalkan. Anak-anak yang tinggal tetap kami fasilitasi dengan wisata edukasi lokal agar mereka tetap merasakan pengalaman belajar yang menyenangkan,” ujar Sulistyo.
Namun, kegiatan ini sempat menuai kritik dari sebagian orang tua siswa. Biaya sebesar Rp. 800 ribu yang dikenakan untuk satu kali perjalanan dianggap cukup memberatkan, apalagi mayoritas dana berasal dari tabungan siswa sejak masuk sekolah.
“Total biayanya 790 ribu, itu termasuk biaya tour dan kaos,” jelas Sulistyo.
Meski pihak sekolah menyebut kunjungan ke Yogyakarta sebagai sarana pembelajaran dengan agenda ke Museum Soeharto, Museum Dirgantara, Candi Prambanan, Taman Pintar, hingga Malioboro. Beberapa pihak menilai kurangnya transparansi dan tidak melihat kemampuan ekonomi orang tua siswa.
Untuk siswa yang tidak bisa ikut, sekolah menyediakan kegiatan alternatif berupa kunjungan ke situs bersejarah Totok Kerot. Meski niatnya baik, beberapa orang tua menilai kegiatan lokal ini terasa timpang dibanding wisata utama ke Yogyakarta, baik dari sisi pengalaman maupun nilai pembelajaran.
Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri pun angkat bicara. Kabid SMP, Fadeli saat ditemui di ruang kerjanya, menegaskan bahwa penyelenggaraan piknik merupakan hasil kesepakatan antara sekolah, komite, dan orang tua.
“Tidak ada paksaan dari sekolah maupun larangan dari dinas. Juga tidak benar jika disebut kami mewajibkan memakai biro tour tertentu,” tegasnya.
Meski demikian, isu dugaan permainan dalam kegiatan ini mencuat hingga sampai ke telinga Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri. Kasi Intelijen Iwan Nuziardhi menyatakan pihaknya akan memanggil pihak terkait untuk dimintai klarifikasi.
“Kami akan memanggil Kabid terlebih dahulu, dan dilanjutkan ke kepala dinas untuk mengumpulkan informasi lebih lengkap,” ujarnya.
Di tengah sorotan ini, kegiatan yang sejatinya bertujuan positif justru memunculkan pertanyaan lebih luas: sejauh mana sekolah mampu mengelola kegiatan edukatif yang inklusif dan adil, tanpa mengorbankan semangat kebersamaan dan tanpa menyisakan rasa ketidakadilan di antara siswa?
Sementara pihak tour yang disebut Kepala SMPN 2 Ngasem, ditunjuk sekolah melaksanakan kegiatan. Hingga berita ini diturunkan belum bisa dikonfirmasi.
jurnalis : Riza Husna Silfiyya - Nanang Priyo Basuki