Lebih dari sekadar ritual keagamaan, kegiatan ziarah ini menjadi sarana penguatan iman, penyatuan umat, dan sumber penghiburan rohani. Di tengah udara pegunungan yang sejuk dan damainya atmosfer Puhsarang, para peziarah pulang membawa lebih dari sekadar kenangan. Mereka pulang membawa harapan baru, kekuatan iman, dan berkah yang menyentuh jiwa.
KEDIRI — Gua Maria Lourdes di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, kembali menjadi saksi bisu dari derasnya arus peziarah yang datang dengan hati penuh ketulusan. Kamis kemarin, ribuan umat Kristiani dari berbagai penjuru Tanah Air memadati kompleks gereja yang dikenal sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia ini, dalam rangka memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih.
Peringatan sakral ini menandai hari ke-40 setelah wafat dan kebangkitan Yesus Kristus, yang dalam iman Kristiani dipercaya naik ke surga dan duduk di sisi Allah Bapa. Di tengah suasana yang khusyuk dan hening, para peziarah menjalani prosesi spiritual yang mendalam sebagai wujud penghormatan dan permenungan atas misteri iman tersebut.
Perjalanan Iman

Salah satu rombongan peziarah datang dari Sragen, Jawa Tengah. Yustinus Cucuk Gunawan, perwakilan dari kelompok yang beranggotakan 35 orang itu, menyampaikan bahwa ziarah ini adalah bagian dari perjalanan iman mereka sejak perayaan Paskah hingga momen kenaikan Tuhan.
“Kami tiba di Kediri sekitar pukul sembilan pagi. Hari ini adalah hari ke-40 setelah wafatnya Tuhan Yesus. Kami percaya inilah hari kenaikan-Nya ke surga, dan kami datang untuk merayakan dan merenungkannya bersama,” ujar Yustinus.
Rombongan tersebut menjalani prosesi Jalan Salib, melantunkan Doa Rosario, dan berencana menghadiri Misa sore di Madiun. Prosesi Jalan Salib, yang terdiri dari 14 stasi atau perhentian yang menggambarkan kisah penderitaan Yesus, menjadi momen yang sangat menyentuh bagi mereka.
“Dari keputusan untuk menyalibkan hingga Yesus dimakamkan, semua kami jalani dalam doa dan penghayatan mendalam. Ini adalah bentuk penghormatan dan cinta kami sebagai umat,” tutur Yustinus dengan penuh haru.
Dari arah timur, rombongan dari Malang pun turut hadir. Seorang Suster Passionis datang bersama 15 calon biarawati dari rumah pembinaan. Meski tidak mengikuti Misa, mereka tetap menjalani doa Rosario sebagai bentuk penghormatan terhadap peristiwa Kenaikan Yesus.
“Bulan Mei kami dedikasikan sebagai Bulan Maria. Maka kami datang ke Gua Maria untuk berdoa dan mengenang kenaikan Tuhan,” jelas sang suster.
Polisi Pastikan Keamanan

Kesucian hari itu juga menggerakkan hati Angel, seorang peziarah muda asal Surabaya. Ia memilih datang seorang diri demi menjalani ziarah pribadi yang telah lama direncanakannya.
“Saya sudah misa pagi di Surabaya, lalu melanjutkan perjalanan ke sini. Jalan Salib, Rosario, semuanya terasa tenang dan menyentuh di tempat ini,” ungkapnya.
Yulius Santosi, Kepala Pusat Informasi Kompleks Ziarah Puhsarang, menyatakan bahwa perayaan Misa besar telah dilakukan sehari sebelumnya. Namun sejak pagi, pihaknya tetap melayani arus peziarah yang datang secara bergelombang dari berbagai daerah.
“Situasi berjalan sangat aman dan tertib. Kami dibantu penuh oleh Kapolsek Semen, Pak Bambang, beserta jajaran, serta dukungan dari satpam dan aparat keamanan untuk memastikan kelancaran dan keamanan seluruh rangkaian kegiatan,” jelas Yulius.
jurnalis : Riza Hasna Silfiyya