KEDIRI – Pemerintah Kabupaten Kediri menggelar Festival Musik Perkusi Gema Mredangga berlangsung dua hari, bertempat di Candi Tegowangi Plemahan. Merupakan agenda tahunan yang mengusung filosofi kebaikan nenek moyang. Tabuhan perkusi sengaja disuguhkan juga bertujuan mengangkat potensi budaya dengan pertunjukan sendra tari.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri, Ir. Adi Suwignyo, M.Si mewakili Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana mengungkapkan. Kegiatan ini merupakan bagian melestarikan budaya
“Candi Tegowangi adalah salah satu situs kebanggaan kita yang menyimpan filosofi tinggi. Di bawah kepemimpinan Mas Bupati Dhito, kita rutin menggelar festival ini untuk memperkenalkan potensi budaya Kabupaten Kediri. Harapannya, Tegowangi bisa dikenal sebesar Candi Prambanan,” ungkapnya.
Diterangkan Adi Suwignyo, selain disuguhi perkusi, acara ini juga diramaikan dengan pertunjukan tari dan jaranan, serta menampilkan 11 kelompok peserta berasal dari berbagai SMA/SMK di Kabupaten Kediri.
Dikonfirmasi usai pembukaan acara, Kabid Sejarah dan Purbakala Disparbud, Eko Priyanto menerangkan. Bahwa para peserta diberikan kebebasan untuk berinovasi.
“Ini lebih ke rekonstruksi bebas. Peserta bisa mengekspresikan aspirasinya, dengan tetap membawa kendang sebagai identitas,” jelasnya.
Ajak Karang Taruna Bentuk Kelompok Seni
Eko berharap di tahun mendatang, perwakilan karang taruna dari setiap desa di Kabupaten Kediri turut sebagai peserta untuk meramaikan acara. Perlu diketahui, setiap kelompok peserta terdiri dari lima pemain dan dua orang official, sehingga total beranggotakan tujuh orang.
Salah satu kelompok tari yang mengisi acara, dari Sanggar Tari Sekartaji Kecamatan Pare. Menyajikan tarian berjudul “Kendang Bima”. Penampilan ini menggambarkan keceriaan empat pemudi yang memainkan kendang sebagai bagian dari gerakan tari.
“Latihan kami hanya berlangsung 5 jam, dan meski membutuhkan tenaga besar, rasanya sangat menyenangkan bisa menari sambil menikmati alunan musik perkusi,” ungkap salah satu penari.
Jurnalis : Faustav Imaniarta Wijaya Editor : Nanang Priyo Basuki