KEDIRI – Meski masa pandemi telah memasuki tahun kedua, ada pemandangan menarik seakan lepas dari perhatian kita. Wujud rasa nasionalisme terbukti masih tertanam di sanubari dan itu dibuktikan pada setiap Bulan Kemerdekaan. Sejumlah orang dikonfirmasi tim redaksi kediritangguh.co menyampaikan ini kesadaran pribadi sebagai warga negara yang baik.
“Saya Sumali, rumahdi Desa Pojok Wates. Kalau di sini di Ruko Brawijaya usahanya warung dan reparasi 24 jam. Menjadi tukang becak sudah lama kira-kira 25 tahun. Mulai dari belum punya anak dan sekarang telah diberi tiga anak. Ini kemauan saya sendiri kan ini Bulan Agustus, bulan kemerdekaan. Mski saya tukang becak pasti saya pasang bendera setiap tahunnya
Sumali pun mengaku selama pandemi ini pendapatannya menurun baik dari reparasi, usaha warung ataupun becak. “Mungkin orang bepergian tidak ada jadi tukang becak tidak ada yang narik, setiap hari kadang dapat bantuan nasi bungkus,” ucap pria separuh baya usia 52 tahun ini.
Apresiasi juga patut diberikan Yulius Halek Mau, lelaki asal Nusa Tenggara Timur yang kini menetap menjadi warga Kelurahan Mojoroto. Pekerjaan sehari-harinya mencari rongsokan terutama bekas minuman plastik. “Saya memasang Bendera Merah Putih memang sudah kebiasaan sejak kecil. Karena kebiasaan orang di NTT, menjelang 17 Agustus seperti diwajibkan memasang baik di rumah ataupun pada kendaraan,” ucapnya
Malah, lanjut Yulius, biasanya dia memasang dua bendera terpasang pada spion kiri dan kanan. “Saya memaknai sebagai momentum sejarah, tanpa para pahlawan, kita tidak bisa hidup di Indonesia telah merdeka dari penjajah,” terangnya. Dia mengaku sejak tahun 2001 telah menetap di Kediri, sebelumnya di Surabaya.
Jurnalis : Yusril Ihsan – Kintan Kinari Astuti Editor : Nanang Priyo Basuki