KEDIRI — Suasana religius terasa kental di kompleks Gereja Puhsarang, Kecamatan Semen, Kediri. Di tengah peringatan Hari Kenaikan Isa Almasih, para jemaat menyebut momen ini juga sebagai “Bulan Maria”, bulan yang secara khusus didedikasikan untuk menghormati Bunda Maria dalam tradisi Katolik.
Namun, perayaan spiritual ini tak hanya bermakna secara religius—bagi sebagian orang, ini juga membawa berkah ekonomi. Edy, pedagang aksesori rohani yang sudah lama berjualan di kawasan gereja, mengaku penjualannya meningkat tajam.
“Omzetnya memang nggak pasti, tapi bulan ini lebih ramai dari biasanya. Yang datang banyak, dan yang beli juga lumayan,” ujarnya saat ditemui, Kamis (29/05).
Edy menyebutkan bahwa lonjakan pengunjung tak hanya berasal dari wilayah sekitar, tapi justru didominasi oleh jemaat dari luar kota seperti Jogja dan Solo. Bahkan, ada pula yang berasal dari luar negeri. Lonjakan ini tak lepas dari dua faktor penting: Bulan Maria dan Tahun Yubileum.
Tahun Yubileum merupakan tradisi Katolik yang dirayakan secara khusus, biasanya setiap 25 atau 50 tahun sekali, di mana umat dapat memperoleh indulgensi (pengampunan dosa) dengan melakukan ziarah dan doa tertentu di tempat-tempat suci. Gereja Puhsarang, yang dikenal sebagai replika Gua Lourdes di Prancis, menjadi magnet bagi peziarah yang ingin mendapatkan pengalaman spiritual mendalam.
“Tempat ini mirip Gua Lourdes, jadi saat Bulan Maria dan Yubileum bertepatan, jumlah peziarah membludak. Tidak hanya dari Jawa, tapi juga dari luar negeri,” jelas seorang petugas keamanan gereja.
Secara resmi, Bulan Mei ditetapkan sebagai Bulan Maria oleh Paus Pius XII, yang mendorong umat Katolik untuk meningkatkan devosi melalui doa Rosario, menghias patung Bunda Maria dengan bunga, mengadakan Misa khusus, prosesi, hingga menyanyikan lagu pujian sepanjang bulan ini.
Bagi masyarakat sekitar, fenomena ini menunjukkan bagaimana unsur spiritual dan sosial-ekonomi dapat saling mengisi. Di balik heningnya doa dan lantunan Rosario, geliat ekonomi rakyat kecil pun turut bergema.
jurnalis : Riza Husna Silfiyya