KEDIRI – Kota Kediri bersiap bergetar oleh deru mesin Vespa. Lebih dari 50 ribu scooteris dari seluruh penjuru Indonesia — bahkan mancanegara — akan menyalakan semangat kebersamaan dalam Kediri Scooter Festival (KSF) ke-8, yang siap digelar selama tiga hari penuh, mulai Jumat (10/10) hingga Minggu (12/10).
Festival ini resmi diperkenalkan dalam temu media di Ruang Kilisuci, Balai Kota Kediri, di mana semangat kebersamaan, budaya, dan kreativitas berpadu menjadi satu.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri, H. Bambang Priyambodo, menegaskan bahwa KSF bukan hanya pesta komunitas, tapi juga panggung besar untuk memperkenalkan wajah Kediri yang berbudaya dan kreatif.
“Dulu fokus kita hanya di UMKM. Kini kami ingin lebih luas — mengenalkan situs-situs budaya, tempat sakral, dan sejarah Kediri yang kaya kepada tamu dari luar daerah,” ujarnya berapi-api.
Semangat itu terasa dalam setiap detail acara. Bukan sekadar deru knalpot dan pawai motor klasik, tetapi perpaduan antara nostalgia, spiritualitas, dan ekspresi seni jalanan.
Seribu Cerita
Hari pertama dibuka dengan penampilan seniman Pecut Samandiman, menyambut kedatangan ribuan peserta yang mulai memenuhi Kota Kediri. Malamnya, suasana berubah khidmat saat pengajian bersama Gus Kautsar digelar — menjadi ruang refleksi rohani sekaligus pembinaan karakter bagi para scooteris yang datang dari berbagai latar belakang.
Hari kedua menjadi puncak energi festival. Berbagai lomba seperti kontes Vespa, dyno battle, dan parade musik dari komunitas-komunitas ikonik — Vespa Gangster Music Community, Rolling Wheel, O’Rangers, People Skankin, dan RSUD (Reggae Sejak Usia Dini) — membakar suasana panggung utama.
Malam harinya, Joni Agung & Double T menggetarkan langit Kediri dengan irama reggae yang hangat, diakhiri penyerahan cenderamata bagi peserta dari daerah terjauh. Tahun ini, tamu spesial dari Thailand dan Malaysia menandai langkah KSF ke arah event internasional yang semakin diperhitungkan.
Wujud Kebersamaan
Pagi dimulai dengan senam bersama dan rolling thunder melewati ikon-ikon Kota Kediri di barat Sungai Brantas. Festival ditutup dengan final funcross Vespa, pertunjukan musik, dan pembagian hadiah — simbol semangat persaudaraan yang menembus batas wilayah dan bahasa.
Ketua Panitia, Bimo, menyebut KSF sebagai ajang yang menghidupkan denyut kota secara menyeluruh.
“Kami ingin Kediri benar-benar hidup. Dari hotel sampai warung makan, dari bengkel sampai panggung musik. Semangatnya bukan hanya berkumpul, tapi membangkitkan ekonomi kreatif,” katanya.
Komunitas Jadi Nadi Utama Festival
Dukungan komunitas scooteris menjadi bahan bakar utama acara ini. Moh. Anang Kurniawan, perwakilan komunitas Vespa, menyampaikan bahwa antusiasme tahun ini luar biasa. Panitia menyiapkan daftar penginapan lengkap, area UMKM, dan lokasi khusus bagi peserta luar kota.
“Berdasarkan data, lebih dari 50 ribu scooteris akan datang. Klub dari Inggris sempat ingin bergabung, tapi terkendala tiket. Tahun ini, perwakilan dari Thailand sudah hadir langsung,” jelasnya.
Bagi Anang, KSF bukan sekadar perayaan mesin tua, tapi jembatan antara wisata, budaya, dan ekonomi lokal. Ia berharap setiap tamu yang datang bisa jatuh cinta pada Kediri — pada kuliner legendarisnya, keramahan warganya, dan kekayaan tradisi yang terus hidup.
“Kami ingin mereka pulang bukan hanya membawa kenangan festival, tapi juga cinta pada Kediri,” ujarnya penuh harap.
Kota Kediri, Rumah Ramah untuk Semua
Gelaran KSF ke-8 menegaskan bahwa Kediri bukan sekadar kota perlintasan, tetapi ruang pertemuan budaya dan komunitas. Di antara deru Vespa dan tawa ribuan scooteris, kota ini bertransformasi menjadi panggung besar kebersamaan — tempat di mana roda-roda klasik berputar seirama dengan denyut kreatif warganya.
Kediri bersiap menjadi lautan Vespa, tapi lebih dari itu, ia bersiap menjadi lautan cinta dan persaudaraan.









