KEDIRI – Kementerian Sosial RI bersama Pemerintah Kabupaten Kediri menyalakan lentera baru bagi masa depan anak bangsa. Bertempat di Gedung Balai Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (BPKASN), Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, digelar Dialog Kesejahteraan Sosial dan Sekolah Rakyat, Jumat (10/10). Hadir di antara semangat muda para siswa, Wakil Bupati Kediri Dewi Mariya Ulfa, Wali Kota Kediri Vinanda Prameswari, serta orang tua yang menyimpan harapan besar di mata mereka.
Dalam suasana hangat penuh optimisme, Menteri Sosial Saifullah Yusuf menegaskan bahwa Sekolah Rakyat (SR) adalah wujud nyata dari program prioritas Presiden Prabowo Subianto, dirancang untuk menjawab tantangan kemiskinan dan ketimpangan pendidikan di negeri ini.
“Sekolah Rakyat adalah pintu harapan. Di sini anak-anak dari berbagai latar belakang belajar hidup bersama, belajar bermimpi, dan belajar menjadi manusia yang utuh,” ujarnya.
Sejak mulai berjalan pada 14 Juli lalu, Sekolah Rakyat di Kediri menjadi salah satu dari 63 titik awal pembelajaran di Indonesia. Hampir tiga bulan berlalu, anak-anak dari keluarga sederhana mulai beradaptasi dengan sistem berasrama, menikmati lingkungan belajar yang tertata dan penuh kebersamaan.
Saifullah menjelaskan, program ini hadir untuk menjangkau keluarga yang selama ini belum tersentuh pembangunan. Berdasarkan data BPS, lebih dari empat juta anak Indonesia masih belum merasakan bangku sekolah atau terancam putus pendidikan.
“Gagasan Presiden Prabowo berangkat dari keyakinan sederhana: setiap anak, tanpa terkecuali, berhak atas masa depan yang layak dan pendidikan yang bermartabat,” tegasnya.
Tahun ini, SR Kediri baru membuka jenjang setara SMA, namun pemerintah telah menyiapkan langkah besar berikutnya. Tahun depan, Sekolah Rakyat akan diperluas hingga jenjang SD dan SMP, melengkapi satu rangkaian pendidikan yang berkeadilan.
Lebih dari itu, pemerintah tengah menyiapkan 104 gedung permanen Sekolah Rakyat di seluruh Indonesia. Pembangunan fisik akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, sementara lahan disediakan oleh pemerintah daerah.
Di Kediri, Pemkab telah menyiapkan lahan seluas 7,6 hektare di Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten. Wakil Bupati Kediri, Dewi Mariya Ulfa, menyampaikan bahwa lahan tersebut akan dihibahkan sepenuhnya untuk pembangunan Sekolah Rakyat.
“Kami ingin tanah ini menjadi tempat lahirnya generasi masa depan Kediri. Semua proses administrasi sedang kami rampungkan agar tahun depan sudah bisa digunakan,” katanya penuh keyakinan.
Lebih dari sekadar sekolah, SR hadir dengan filosofi kemanusiaan: memuliakan wong cilik, menjangkau yang tak terjangkau, dan memungkinkan yang tampak mustahil. Di lingkungan ini, tidak ada sekat status sosial, tidak ada ruang bagi perundungan, kekerasan, atau intoleransi.
Setiap siswa mendapatkan makanan bergizi gratis, pemeriksaan kesehatan berkala, jaminan kesehatan PBI JK, serta dukungan pemberdayaan melalui program PPSE dan Kopdes Merah Putih. Bahkan, setiap siswa akan memperoleh satu unit komputer dari Kementerian Sosial sebagai sarana belajar digital.
Tidak hanya belajar, mereka juga dipetakan bakat dan potensinya melalui tes DNA talent. Guru dan kepala sekolah bertugas menuntun mereka untuk tumbuh sesuai minat dan kemampuannya.
Lebih dari itu, 35 siswa Sekolah Rakyat Kediri akan dipersiapkan untuk beasiswa ke UAG ESQ Business School pada tahun 2027. Bagi yang ingin bekerja setelah lulus, pemerintah berjanji akan mengawal hingga mereka menemukan tempat terbaik untuk berkontribusi.
“Sekolah Rakyat bukan sekadar tempat belajar. Ini adalah gerakan memutus rantai kemiskinan antargenerasi,” ujar Saifullah Yusuf.
Berdasarkan data Kemensos, 76 persen keluarga di Indonesia mengaku anak mereka putus sekolah karena alasan ekonomi. Kini, Sekolah Rakyat hadir sebagai jawaban: negara benar-benar hadir untuk menjangkau yang tak terjangkau, dan memungkinkan yang tak mungkin.









