KEDIRI – Matematika salah satu mata pelajaran selama ini selalu dianggap momok bagi siswa. Namun, pada tahun ini Dinas Pendidikan telah melakukan terobosan, dengan memberikan peningkatan bekal kepada tenaga pengajar.
Mengandeng Nusantara Utama (NU) Circle didukung pihak ketiga Paragon, mampu menggelar Gerakan Nasional Berantas Buta Matematika (Gernas Tastaka) diikuti 50 guru tingkat SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-Kota Kediri, digelar di Aula Dinas Pendidikan Kota Kediri, Sabtu (17/02).
Disampaikan HM. Anang Kurniawan selaku Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Kediri dalam sambutannya. Bahwa sebenarnya numerasi anak didik telah di atas rata-rata nasional. Namun meningkat kemampuan terhadap guru matematika harus dilakukan berkelanjutan.
Dia pun menyampaikan ucapan permintaan maaf, karena tidak mampu memberikan pelatihan untuk semua guru matematika berjumlah 130 lebih di seluruh Kota Kediri.
“Tujuan kami meng-upgrade kemampuan utamanya guru Matematika yang ada di SD dan MI, sehingga implementasinya lebih mudah ditangkap oleh anak-anak. Sehingga yang selama ini Matematika dianggap sulit, momok dan tidak ada gunanya itu, akan bisa ditepis didukung kemampuan guru,” jelasnya.
Acara ini dihadiri Ahmad Rizali selaku Presidium Gernas Tastaka yang juga menjabat Ketua Bidang Pendidikan dan Budaya NU Circle. Acara akan berlangsung selama 6 kali pertemuan, dibagi menjadi dua gelombang. Kegiatan pertama digelar tanggal 17 hingga 19 Pebruari kemudian dilanjutkan tanggal 4 hingga 6 Maret.
Kadisdik berpesan, karena keterbatasan kuota program digagas Pj Walikota Kediri, Dr. Zanariah ini. Kepada peserta turut kegiatan upgrade kompetensi juga menularkan ilmunya kepada guru lainnya, yang belum berkesempatan.
Pesan Kadisdik kepada Peserta

Kemudian Ahmad Rizali dalam sambutannya, memiliki harapan dengan kegiatan ini mendorong program pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas.
“Kuncinya adalah guru SD dan MI. Indonesia emas hanyalah omong kosong, jika mutu pendidikan tidak diperbaiki. Kita sasar matematika karena alat bernalar yang paling utama. Rata-rata anak sekolah sampai kelas 2 SMA tapi mutu lulusannya setara dengan SD. Ini terkait kompetensi matematika, sains dan membaca,” ujarnya.
Saat digelar pelatihan, para peserta dengan peralatan khusus sebagai alat bantu pengajaran. Mereka dituntut untuk mengajarkan matematika kepada siswa, agar bisa bernalar kontekstual sederhana dan mendasar.
Ahmad Rizali saat dikonfirmasi mengungkapkan mutu pendidikan di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia. Indonesia memiliki kesalahan yang besar, karena banyak yang paham membaca tapi tidak tahu maknanya. Dirinya berharap dengan diadakannya acara ini, bisa melahirkan trainer baru untuk membantu berantas buta matematika di Jawa Timur.
“Beda dengan kota-kota besar, di Kota Kediri punya semangat antusias belajar yang tinggi. Kami keterbatasan trainer, padahal banyak peminatnya. Semoga Kota Kediri bisa menjadi sumber-sumber trainer di Jawa Timur,” ungkap Ahmad Rizali.
Dikonfirmasi usai acara, Anang Kurniawan berharap para peserta terpilih mengikuti ini dengan seksama kemudian kemudian menjadi trainer kepada guru lainnya. Menginggat menggelar acara ini membutuhkan anggaran tidak sedikit. “Kami berpesan guru turut menjadi trainer guru lainnya,” terangnya.
Jurnalis : Sigit Cahya Setyawan Editor : Nanang Priyo Basuki