79 Tahun SMAN 1 Kediri: Merajut Akhlak dan Prestasi di Tengah Gelombang Digitalisasi

Bagikan Berita :

KEDIRI – Lapangan belakang SMAN 1 Kediri berubah menjadi panggung kebanggaan dan refleksi. Sekolah legendaris itu, yang telah menapaki usia ke-79 tahun, merayakan Dies Natalis dengan tema sarat makna: “Mulia dalam Akhlak, Jaya dalam Prestasi.”

Bukan sekadar perayaan bagi sekolah unggulan di Kediri Raya berada di Jalan Veteran 1 Kota Kediri. Melainkan pengingat perjalanan panjang dalam membentuk generasi yang tak hanya cerdas otak, tapi juga bening hati.

plt Kepala SMAN 1 Kediri, Arif Syah Putra, M.Pd., menegaskan bahwa usia 79 bukan angka tua, melainkan tanda kematangan. Baginya, prestasi akademik tanpa nilai moral hanyalah kemasan tanpa isi.

“Prestasi yang baik tanpa akhlak akan sia-sia, sementara akhlak yang mulia akan semakin bermakna bila diimbangi dengan prestasi yang gemilang,” ujar Arif dengan nada tegas namun penuh kebapakan.

Puncak perayaan digelar Jumat (17/10) malam, dimulai pukul 19.00 hingga 22.00. Siswa dan alumni tampil membawakan karya terbaik mereka—dari tarian tradisional yang lembut, lantunan paduan suara yang menggema, hingga dentuman band yang memeriahkan suasana. Tak ketinggalan, para juara SMAS’T Got Talent memperlihatkan bakat yang menjadi kebanggaan sekolah.

Namun, Arif menegaskan, kemeriahan acara bukan diukur dari seberapa megah panggung berdiri, melainkan dari kebersamaan yang tumbuh di baliknya.

“Kita merayakan kebersamaan, bukan kemewahan. Di sinilah anak-anak belajar makna solidaritas dan rasa memiliki,” tuturnya.

Tantangan Baru di Era AI

plt Kepala SMAN 1 Kediri, Arif Syah Putra (Anisa Fadila)

Memasuki usia hampir delapan dekade, SMAN 1 Kediri berdiri di persimpangan zaman. Dunia pendidikan tengah berhadapan dengan revolusi digital—terutama hadirnya kecerdasan buatan (AI) yang perlahan mengubah wajah ruang kelas.

Arif melihat tantangan itu bukan sebagai ancaman, tetapi peluang.

“Kehadiran AI menuntut dunia pendidikan untuk beradaptasi. Siswa perlu dilatih untuk berpikir kritis, analitis, dan kreatif—bukan hanya menghafal,” jelasnya.

Baginya, guru masa kini tak lagi bisa berdiri di depan kelas semata-mata sebagai pengajar. Mereka harus menjadi pendamping emosional dan intelektual, memahami gejolak batin siswa yang tumbuh di tengah derasnya arus informasi.

“Guru sekarang harus bisa membaca bukan hanya buku, tapi juga perasaan muridnya,” tambahnya lembut.

Belajar Mandiri Melalui Perayaan

Ketua Panitia Dies Natalis ke-79, Ahmad Alwi Thohir, mengungkapkan bahwa persiapan acara dimulai sejak akhir Agustus. Tahun ini, panitia mengusung konsep mandiri dan partisipatif, melibatkan siswa dalam setiap proses pendanaan.

“Kami ingin menanamkan semangat wirausaha. Sebagian besar dana diperoleh dari hasil penjualan tiket, bukan dari sumbangan,” ujarnya.

Dari 1.500 tiket yang dicetak, 1.200 dibeli oleh siswa, sisanya untuk masyarakat umum. Tak hanya itu, panitia juga membuka 19 stan kuliner dan produk kreatif hasil kolaborasi dengan pelaku UMKM lokal.

Suasana malam itu tak hanya meriah oleh musik dan tawa, tetapi juga oleh aroma makanan, lampu warna-warni, dan kebanggaan akan karya anak muda Kediri.

Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan, panitia bekerja sama dengan Polres Kediri Kota, menurunkan 34 personel, dibantu Satpol PP, Dinas Perhubungan, Damkar, dan Dinas Kesehatan.

“Kami ingin anak-anak belajar mengelola acara secara profesional—dari perencanaan, kerja sama, hingga pengambilan keputusan,” kata Alwi.

Panggung yang Menjadi Kelas Kehidupan

Ketua Panitia Dies Natalis ke-79, Ahmad Alwi Thohir (Anisa Fadila)

Malam puncak ditutup dengan penampilan band Geisha yang menjadi bintang tamu utama. Suara merdu sang vokalis menggema di antara tepuk tangan dan sorak penonton, menandai akhir yang manis dari perjalanan panjang SMAN 1 Kediri menuju usia ke-79.

Namun bagi Arif, makna sesungguhnya bukan pada musik atau sorotan lampu, melainkan pada nilai-nilai yang tumbuh di baliknya—tanggung jawab, gotong royong, dan semangat belajar sepanjang hayat.

“Kami ingin anak-anak menikmati prosesnya, belajar menjadi manusia yang berintegritas dan berdaya cipta. Karena di luar sana, dunia menunggu mereka bukan hanya dengan ujian, tapi juga dengan tantangan kehidupan nyata,” tutupnya.

Tujuh puluh sembilan tahun telah berlalu, namun api semangat SMAN 1 Kediri terus menyala—menjadi mercusuar pendidikan yang menuntun generasi muda agar melangkah maju dengan kepala tegak, hati bersih, dan pikiran terbuka.

jurnalis : Anisa Fadila
Bagikan Berita :