KEDIRI – Ungkapan kekecewaan disampaikan perwakilan seniman di Halaman Kantor Kecamatan Pesantren pada Rabu (06/10). Selain memainkan peralatan gamelan, terdapat atraksi makan paku teyeng (baca, berkarat). “Itu menggambarkan bahwa sudah dua tahun kami tidak ada tanggapan sampai harus makan paku. Karena tidak ada yang bisa di makan,” ucap M. Hanif, selaku Koordinator Aliansi Seniman Kota Kediri.
Puluhan seniman mendatangi kantor kecamatan, tujuannya untuk berharap diberi kesempatan kembali menggelar simulai pertunjukan seni. Selain melakukan orasi, terdapat satu seniman jaranan yang makan paku telah berkarat.
Sesuai tulisan dalam kertas dan orasinya, mereka meminta Sekretaris Disbudparpora, Kasatpol PP, Camat Pesantren hingga Lurah Ketami untuk dicopot jabatannya. “Seniman butuh makan sampai kapan? Pandemi bukan untuk ditakuti dan dihindari tapi untuk dihadapi. Melalui seni kami siap berkreasi,” ucap Hanif.
Selanjutnya perwakilan aksi diundangan pertemuan dihadiri Forpimka Pesantren dan Kasatpol PP Eko Lukmono. Dalam pertemuan tersebut, Widiantoro selaku camat menyampaikan bahwa sesuai edaran dikeluarkan Pemerintah Kota Kediri, saat ini dalam Level II.
“Artinya Kota Kediri memang belum bebas 100% dari Covid. Bahwa Kediri tidak bisa lepas dari jaranan, namun saat pelaksanaannya harus memperhatikan protokol kesehatan. Bukan hanya pada penggiat seni, juga berlaku bagi pengunjung. Makanya nanti akan kita cari format yang terbaik. terkait dengan pelaksanaan kegiatan seni,” jelas Camat Pesantren.
Mewakili Polres Kediri Kota, Kabag Ops Kompol Abraham Sisik menyampaikan bahwa kejadian kemarin di Lapangan Ketami menjadi pembelajaran buat semuanya. “Ada miss komunikasi sehingga tdk berjalan sesuai harapan. Padahal amanah Bapak Kapolres untuk titip masyarakat Kota Kediri. Dijaga ketertiban dan prokesnya. Bahwa kami semua dari Satgas Covid telah bekerja dua tahun lebih di tengah pandemic,” jelas Kompol Abraham.
Jurnalis : Kintan Kinari Astuti Editor : Nanang Priyo Basuki