KEDIRI – Saat tengah mengerjakan Ujian Akhir Semester (UAS) pada hari kedua, tiba-tiba terdengar suara pengumuman melalui pengeras suara. Menyebutkan sejumlah nama agar keluar ruangan dengan membawa kartu ujian dan soal ujian. Salah satu nama disebut, M. Gilang Aprilian Maula Dani, siswa kelas XI bersekolah di SMAN Mojo Kabupaten Kediri.
Disampaikan Imam Syaifudin warga Desa Mlati Kecamatan Mojo dalam aduannya ke redaksi kediritangguh.co, Senin (05/06). Bahwa dirinya mengakui memang belum mampu melunasi iuran ditetapkan pihak sekolah sebesar Rp. 900 ribu. “Saya ini hanya penjual nasi bebek, ini tadi hanya laku 3 porsi. Sudah saya angsur namun belum bisa melunasi,” ungkapnya.
Dia mengaku malu, kenapa hingga memanggil anaknya melalui pengeras sekolah dan terdengar seisi sekolah. “Gilang kemudian disuruh masuk ruangan khusus bersama teman lainnya ternyata belum bisa melunasi iuran. Kemudian kartu ujian dan soal ujian diminta oleh guru dan anak saya disuruh pulang. Tidak boleh mengikuti ujian sebelum tanggungan di sekolah diselesaikan,” terangnya.
Sebagai rakyat jelata dan telah puluhan tahun menggantungkan nasib keluarganya dengan berjualan nasi. Tentu perlakuan diberikan pihak sekolah, telah dianggap melewati batas. “Setidaknya kami diajak bicara, apalagi kami tinggal tidak jauh dari sekolah. Dulu janji kepala sekolah sebelumnya, bahwa anak warga setempat mendapat prioritas disaksikan bahwa kepala cabang dinas pendidikan,” jelasnya.
Gilang sendiri mengaku pasrah bila ternyata harus dikeluarkan dari sekolah. “Jika sekolah mengeluarkan saya, ya saya akan kerja bantu orang tua, jualan nasi bebek. Bapak kepala sekolah Supriswanto, juga telah tanya orang tua saya kerjanya apa. Saya katakan hanya jualan nasi, silahkan dicek di selatan Polsek Mojo,” ucapnya.
Memang selama ini, sejak duduk di bangku SMP, anak pertama dari dua bersaudara ini membantu orang tuanya berjualan. “Saya sadar orang tua saya tidak mampu namun sebenarnya saya juga ingin memiliki ilmu. Bisa sekolah dan kuliah tapi jika memang harus membayar, jelas kami tidak mampu,” ungkap Gilang.
editor : Nanang Priyo Basuki