KEDIRI – Di balik senyapnya perkampungan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri, tersembunyi semangat menyala dari seorang perempuan tangguh bernama Siti Isminah. Di usianya yang telah menapaki 55 tahun, ia tidak menunjukkan tanda-tanda lelah. Justru, langkahnya semakin mantap menapaki jalan perjuangan demi masa depan pendidikan yang lebih baik.
Bukan tanpa alasan jika Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Kediri, Adi Prayitno, kerap menyebutnya sebagai Srikandi Pendidikan Kediri. Julukan itu bukan sekadar pujian, melainkan cerminan dari dedikasi dan keberanian Isminah dalam menyuarakan perubahan.
Dalam sebuah wawancara pada Rabu (12/6), ia membagikan pandangan jernihnya tentang wajah pendidikan di tanah kelahirannya.
“Pendidikan di Kediri ini sebenarnya sudah mengarah ke arah yang baik. Tapi masih ada ketimpangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pergaulan,” ungkapnya dengan nada sarat prihatin.
Ia menyoroti persoalan klasik yang masih membayangi beberapa sekolah, terutama soal kualitas sumber daya manusia—baik dari sisi pendidik maupun wali murid. Komunikasi yang kurang terbuka, menurutnya, sering menjadi akar dari berbagai persoalan yang mengemuka.
Namun, di balik semua tantangan, tersimpan harapan besar. Isminah bermimpi tentang sebuah Kediri yang hidup dalam harmoni pendidikan. Lingkungan belajar yang kondusif, di mana tak ada dinding pemisah antara guru, orang tua, dan siswa. Semua menyatu dalam semangat gotong royong.
“Yang saya harapkan, Kediri bisa lebih saling mendukung. Kita harus saling memaafkan, saling memahami. Kita bangun kota ini bersama, dari hati ke hati,” ucapnya
Menurutnya, kolaborasi adalah jawaban utama atas peliknya persoalan pendidikan, termasuk dalam momen krusial seperti PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), yang kerap diwarnai persaingan tak sehat. Ia mengajak masyarakat untuk kembali ke nilai-nilai dasar: silaturahmi, diskusi, dan rasa hormat.
“Kita perlu sering berkumpul, berdiskusi. Dari sana kita bisa membangun kedekatan, menjaga satu sama lain. Kalau itu bisa dilakukan, saya percaya kesalahan yang sama tidak akan terjadi lagi,” ujarnya tegas.
Bagi Siti Isminah, membangun pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan fasilitas. Lebih dari itu, ini adalah soal hati—tentang bagaimana manusia saling memanusiakan. Suasana yang saling mendukung dan penuh hormat, menurutnya, adalah fondasi dari mutu pendidikan yang sejati.
Dedikasinya yang tak pernah surut menjadi suluh inspirasi bagi masyarakat Kediri. Dengan pandangan tajam dan langkah nyata, ia terus menanam benih harapan agar pendidikan di Kediri tumbuh setara, berkarakter, dan melahirkan generasi emas yang siap menghadapi masa depan.
“Kita harus melangkah dengan hati-hati, tidak mengulang kesalahan, tapi belajar darinya untuk melangkah lebih bijak,” pungkasnya, menutup obrolan dengan penuh keyakinan.
jurnalis : Rohmat Irvan Afandi