KEDIRI – Ada hal menarik saat pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kediri di Gedung Serba Guna NU, berada di Jalan Raya Desa Sukorejo Gurah, Sabtu (18/03). Ketua Tanfidziyah KH Huhammad Makmun Mahfud kembali terpilih memberikan sambutan, terlihat seorang bocah berlari-lari kecil menuju pintu masuk utama.
Dia terlihat menyimak, sambil sesekali melirikan matanya kepada sosok lelaki berpakaian putih, seakan dikenalnya. Yang dilirik pun rupanya melempar senyum, dan memberikan kode untuk mendatanginya. Itulah adegan cukup menarik perhatian, saat Abdul Rosyid bocah belum genap berusia 4 tahun duduk dipangkuan Dodi Purwanto, Ketua DPRD Kabupaten Kediri.
Saat ditawari kotak berisi jajan, Rosyid demikian sapaan akrabnya anak ketiga dari pasangan Ahmad Ponidi dan Miftahkul Jannah terlihat malu-malu. Saat ditanya siapa namanya, lirih dia menyebutkan sambil tersenyum. Meski kaki kiri Dodi Purwanto belum pulih betul, namun terlihat begitu perhatian saat memangku bocah baru dikenalnya.
Berseragam Banser Sejak Usia 1,5 Tahun

Saat pertengahan sambutan Gus Makmun, Rosyid pun terlihat beranjak dari pangkuan Dodi Banteng sapaan akrab Ketua DPRD. Rupanya dia mendapat kode dari bapaknya agar keluar ruangan. Namun sebelum beranjak dari pangkuan politisi senior PDI Perjuangan, terlihat dia menerima selembar uang kemudian ditunjukkan kepada bapaknya. Dari pengakuan Ahmad Ponidi, ada satu hal menarik dari bocah dikenal periang dan cukup aktif ini.
“Sejak umur 1,5 tahun sudah ikut jejak bapaknya. Setiap kegiatan Banser selalu ikut, acara keagamaan juga ikut. Sudah satu tahun ini, dia minta seragam Banser dan selalu dipakainya. Jika di rumah, dia tidak mau pakai kaos kecuali yang terdapat tulisan atau logo Banser. Ada 4 kaos yang dipakai sehari-harinya bergantian,” terangnya.
Ahmad Ponidi sendirinya rupanya sejak tahun 1993 telah menjadi Banser. Pelantikan pertama di Desa Kebunrejo Kecamatan Kepung. Kemudian mengikuti pendidikan dan pelantikan kedua di Pondok Salafiyah Kapurejo Pagu, langsung di bawah asuhan almarhum KH. Muhammad Shodiq.
“Ini putra ketiga dari tiga bersaudara, Yang pertama wanita ikut IPPNU, lalu adiknya laki-laki ikut IPNU. Dulu saya mondok di Pondok Kapu, di bawah asuhan Mbah Kyai Shodiq. Untuk mencukupi keluarga, saya buruh tani. Dulu sebelum Covid, jualan jajan asongan keliling ke sekolahan,” terangnya.
Editor : Nanang Priyo Basuki