KEDIRI – Kondisi alam di Desa Petungroto Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri kembali dihiasi denting hujan yang tak sekadar membasahi tanah. Namun juga mengguncang lereng-lereng rapuh. Pada Senin malam (16/6), sekitar pukul 20.00 WIB, tanah longsor kembali menyapa, di titik yang nyaris bersisian dengan luka lama yang belum sembuh sepenuhnya.
Kali ini, tak ada rumah yang roboh, tak ada nyawa yang melayang. Namun, jalanan yang menjadi urat nadi warga harus kembali menunduk, memikul beban retakan yang menganga. Kendaraan-kendaraan besar, yang biasanya melintas tenang, kini harus berputar sejauh 5 kilometer untuk mencari jalur yang aman — seakan diminta bersabar oleh alam.
Muhammad Latifullah Hikam, Kepala Dusun Petungroto, menceritakan bahwa lokasi longsor baru ini sejatinya bukan hal yang mengejutkan.
“Dari awal kami sudah melihat keretakan. Titik ini memang rawan, dan sedang dalam pengukuran Dinas PU,” tuturnya, Rabu (18/6).
Meskipun kendaraan roda empat masih bisa melintas dengan hati-hati, kendaraan besar seperti truk diminta bersabar dan memilih jalur memutar melalui Ngadi – Ngetrep – Jabon, hingga kembali ke Petungroto. Perjalanan lebih jauh, namun keselamatan adalah tujuan paling utama.
“Longsor ini akibat hujan deras, dengan luncuran tanah kurang lebih 10 meter ke bawah,” tambah Latifullah.
Sementara itu, Dinas PUPR Kabupaten Kediri tak tinggal diam. Kepala dinas, Irwan Chandra, memastikan bahwa langkah darurat sudah diambil sejak dua pekan lalu atas perintah Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana. Kini, pemasangan bronjong, anyaman kawat baja berisi batu tengah dilakukan di bagian bawah tebing untuk menahan agar tanah tak kembali terjun bebas.
“Target kami antara Juli sampai Agustus pengerjaan selesai, dengan anggaran dari Belanja Tak Terduga (BTT),” ujar Irwan.
Tak hanya itu, senderan atau dinding penahan akan dibangun di sisi jalan utama, sebagai pengawal diam-diam yang akan memastikan kendaraan bisa kembali melintas dengan tenang. Di sisi lain, jalur alternatif yang sebelumnya terputus juga direncanakan untuk diaktifkan kembali, menjadi harapan baru bagi mobilitas warga selama pengerjaan berlangsung.
Di tengah segala keterbatasan dan rintangan alam, warga Petungroto tetap bergeming. Jalan boleh terbelah, tapi semangat gotong royong dan harapan akan tanah yang aman tetap utuh, seperti matahari yang selalu kembali setelah malam paling gelap.
jurnalis : Sigit Cahya Setyawan - Kintan Kinari Astuti