KEDIRI – Kasus yang sempat mencuat dari SMKN 1 Kediri rupanya masih menjadi bahan renungan bagi dunia pendidikan di Kota Tahu ini. Di tengah arus informasi yang mengalir deras, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala SMAN 1 Kediri, Arif Syah Putra, M.Pd., menyerukan pentingnya membangun jembatan komunikasi yang sehat antara sekolah dan media.
Menurut Arif, sekolah bukanlah menara gading yang tertutup dari sorot kamera dan tanya wartawan. Justru sebaliknya, sekolah seharusnya aktif membuka diri, mempublikasikan kegiatan melalui kanal resmi seperti situs web, media sosial, dan platform digital lainnya. Namun ia menegaskan, kemitraan itu harus dilandasi niat baik dan saling menghormati.
“Ketika media datang, harapan kami adalah terbangunnya sinergi positif. Tapi tidak bisa dipungkiri, masih ada media yang justru datang dengan niat menyudutkan, tanpa upaya konfirmasi atau menyajikan pemberitaan yang berimbang,” tutur Arif.
Keterbatasan anggaran publikasi, lanjutnya, menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah. Dengan dana yang terbatas, tak semua tawaran kerja sama bisa disambut. Karena itu, sekolah harus selektif, hanya membuka pintu bagi media yang legal dan memiliki rekam jejak akuntabel.
“Kita perlu tahu siapa yang mengajak kerja sama. Harus ada kejelasan—legalitas, sertifikasi, dan integritas media tersebut. Jangan sampai sekolah terjebak bekerja sama dengan pihak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Bagi pihak-pihak yang merasa tak terakomodasi, Arif menegaskan bahwa pihaknya tetap membuka pintu dialog. Asalkan dilakukan secara profesional dan berdampak positif bagi kemajuan pendidikan.
“Prinsip kami tetap humanis. Tapi semua harus proporsional. Profesionalisme adalah kunci dalam setiap kerja sama,” tegasnya.
Mengakhiri pernyataannya, Arif mengajak semua pihak menjadikan polemik di SMKN 1 Kediri sebagai pelajaran berharga. Bukan untuk saling menyalahkan, tapi sebagai refleksi untuk lebih saling memahami dan mengedukasi.
“Ini bukan hanya tugas sekolah. Media pun memiliki peran mendidik. Mari kita tumbuh bersama,” pungkasnya.
jurnalis : Anisa Fadila