KEDIRI – Warga Desa Puncu, Kabupaten Kediri, dikejutkan oleh kabar duka yang menyelimuti keluarga Suminem (85). Niat tulusnya untuk mengantar daging kurban kepada sang anak justru menjadi perjalanan terakhirnya. Setelah dinyatakan hilang sejak Sabtu (7/6), Suminem akhirnya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di area persawahan Dusun Margomulyo, Rabu pagi (11/6).
Kisah pilu ini bermula ketika sang nenek berpamitan kepada keluarga untuk mengantarkan daging kurban kepada anaknya, Jumingan, yang tinggal di Dusun Yani II, Desa Satak, Kecamatan Puncu. Sekitar pukul 09.00 WIB, ia meninggalkan rumah dengan langkah yang penuh niat baik. Namun, sejak saat itu, tak ada lagi kabar tentang keberadaannya.
Kepala Polsek Puncu, AKP Gatot Pesantoro, mengungkapkan bahwa laporan kehilangan diterima dua hari setelah kepergian korban. Sang adik, Kasriono, yang merasa cemas karena kakaknya tak kunjung pulang, melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Puncu.
“Informasinya, almarhumah pamit mengantarkan daging kurban. Tapi sepertinya tersesat dan akhirnya meninggal dunia,” ujar AKP Gatot.
Misteri hilangnya sang nenek terungkap saat seorang petani, Siswanto, mencium bau menyengat ketika hendak memeriksa lahan sawahnya. Rasa penasaran membawanya ke sebuah penemuan memilukan: sesosok tubuh perempuan renta tergeletak tak bernyawa di tanah.
Tanpa menunggu lama, Siswanto segera melapor ke pihak kepolisian. Kapolsek bersama tim medis segera menuju lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara. Dugaan awal menyebutkan korban tersesat dan mengalami kelelahan hebat, terlebih cuaca saat itu cukup terik dan kondisi fisiknya sudah lemah karena faktor usia.
Setelah dilakukan pemeriksaan, jenazah Suminem kemudian diserahkan kepada pihak keluarga atas permintaan mereka. Tangis haru dan duka menyambut kepulangan nenek yang dikenal ramah itu, bukan dalam kondisi selamat, melainkan sudah dalam pelukan keabadian.
Peristiwa ini menjadi pengingat betapa rapuhnya batas antara niat mulia dan takdir yang tak terduga. Suminem mungkin telah pergi, namun ketulusannya akan terus hidup dalam kenangan keluarganya.
jurnalis : Riza Husna Silfiyya