KEDIRI – Viralnya kasus dugaan intimidasi terhadap sekolah oleh oknum di luar institusi pendidikan di SMKN 1 Kediri memicu reaksi dari berbagai pihak. Meski peristiwa tersebut menjadi bahan perbincangan luas, sejumlah sekolah di Kabupaten Kediri menyatakan harapan agar kondisi pendidikan tetap terjaga dalam suasana yang kondusif.
Kepala SMKN 1 Purwoasri, Eddy Priyo Utomo, melalui Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, Nur Rokhim, menyampaikan bahwa proses belajar-mengajar di sekolahnya sejauh ini berjalan lancar tanpa gangguan berarti.
“Kami bersyukur suasana di sekolah tetap kondusif. Semua elemen bekerja sama dengan baik. Harapan kami, iklim pendidikan di Kabupaten Kediri terus dijaga agar tetap selaras dengan cita-cita pendidikan nasional,” ujarnya, Rabu (11/6).
Di sisi lain, SMAN 1 Plemahan memilih bersikap tenang dan tidak ikut larut dalam isu tersebut. Menurut Yayuk, selaku Humas sekolah, fokus utama sekolah saat ini adalah persiapan kegiatan internal.
“Siswa kami lebih tertarik pada aktivitas sekolah seperti pengambilan pin calon siswa baru. Isu-isu semacam itu belum menjadi perhatian utama mereka,” jelasnya.
Respons berbeda datang dari kalangan siswa. Rico Satria Pratama, Sekretaris OSIS SMKN 1 Ngasem, menyampaikan pandangan kritisnya terkait etika dalam berinteraksi dengan pihak luar, termasuk media.
“Sikap sopan kepada tamu, termasuk wartawan, itu penting. Tapi kita juga tidak boleh gegabah dalam bertindak sebelum mengetahui persoalannya secara utuh. Tindakan harus diserahkan kepada pihak yang memang berwenang, seperti kepala sekolah atau wakilnya,” ucap Rico.
Pernyataan Rico mencerminkan kesadaran kritis di kalangan pelajar akan pentingnya tata krama dan prosedur dalam menangani konflik, serta tidak sembarang mengambil keputusan secara emosional atau di luar kapasitas.
Meski kasus di SMKN 1 Kediri masih bergulir, suara-suara dari sekolah lain menggarisbawahi pentingnya menjaga profesionalisme, kewenangan, dan batas etika dalam interaksi dunia pendidikan dengan pihak eksternal. Semua pihak berharap bahwa peristiwa ini menjadi pembelajaran kolektif, bukan bara yang memanaskan suasana pendidikan yang seharusnya mendidik dan mencerdaskan.
jurnalis : Rohmat Irvan Afandi - Riza Husna Silfiyya