KEDIRI – Menjaga alam sebenarnya tangung jawab bersama bukan hanya pemerintah. Ketika terjadi bencana, masyarakat hanya bisa menyalahkan namun kadang kesadaran dalam merawat alam sekitarnya dilupakan. Apresiasi patut diberikan kepada Komunitas Oleng-Oleng, beralamatkan di Jalan Raya Dusun Tempusari Desa Tunge Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.
Ditemui di rumahnya, Heri Dwi Koryanto akrab disapa Heri DK akrab selaku ketua komunitas, mengaku berawal dari petani holtikultura di tanah kelahirannya Desa Wates Kabupaten Kulon Progo Jawa Tengah. Kemudian dia memboyong keluarganya. “Kita fokus menjaga dan merawat mata air,” ungkap suami Setyaningsih, telah dikaruniai 3 anak.
Lahan seluas 1 hektar dibelinya, kemudian dijadikan tempat budidaya sejumlah bibit tanaman. Berawal dengan sejumlah petani desa setempat, kemudian sepakat mendirikan Komunitas Oleng-Oleng dan kini jumlah anggotanya terus bertambah. “Oleng-oleng Sendiri terbentuk akibat kegelisahan beberapa warga petani dalam pemanfaatan air di sumber air berada di Desa Tempurejo dan Tunge,” ungkapnya
Dinamika terjadi di desa, dikeluhkan petani selalu terkait air, menjadikan dirinya kemudian mengundang sejumlah relawan dan pecinta alam. “Akhirnya kita kumpul, ada petani dan pecinta tanaman yang intinya sepakat. Untuk merawat lingkungan kemudian terbentuk Oleng-oleng,” ujar Heri DK ditemui di rumahnya, akhir pekan ini.
Oleng-Oleng? Dijelaskan lulusan Sarjana Pertaniaan Universitas Jember, merupakan salah satu nama hama yang sering merusak hingga tanamannya mati. “Nama oleng-oleng itu diambil, saat kumpul pertama warga ada yang marah. Kalau tanamannya yang subur kemudian mati terkena oleng-oleng. Akhirnya kami sepakat jangan sampai kita seperti oleng-oleng, agar selalu ingat untuk menjaga lingkungan,” jelasnya.
Tolak Kontribusi Uang
![](https://kediritangguh.co/wp-content/uploads/2021/08/14-oleng.jpeg)
Pada Bulan Oktober nanti, Komunitas Oleng-Oleng akan genap berusia satu tahun. Namun yang menarik, sejumah kegiatan hingga keluar kota telah dilakukan sebagai bukti merawat alam. “Kita membantu penanaman di Lereng Gunung Klotok bersama DLHKP Kota Kediri. Bersama Pemkab Trenggalek awalnya melakukan penanaman 4 ribu pohon di sekitar pantai. Kemudian lima hari ditawari, menanam lagi 11 ribu,” terangnya.
Sisi lain menarik, komunitas ini menolak bisa mendapatkan kontribusi berupa uang. Namun mereka akan senang hati bila menerima bantuan berupa bibit, istilah dibuat donor pohon. Saat ini ketersediaan bibit mencapai 20 ribu bibit. Karena setiap hari, para anggotanya menyempatkan diri menanam bibit pada polibek. “Anggota kita tersebar mulai Tempurejo, Tunge, Tawang, Plaosan, Kayunan dan Plosoklaten,” tambahnya.
Jurnalis : Yusril Ihsan Editor : Nanang Priyo Basuki