KEDIRI – Aksi pengeroyokan terjadi di dalam Stadion Brawijaya, sebenarnya tidak harus terjadi. Ini setelah puluhan orang yang diamankan terduga suporter Aremania, ternyata bukan merupakan warga Malang. Keterangan ini disampaikan Kapolres Kediri Kota, AKBP Teddy Candra dikonfirmasi usai pertandingan. Menurutnya justru terjadi miss komunikasi berakibat salah paham.
Bahkan saat jeda pertandingan, sesuai rencana disusun Aliansi Suporter Persik digelar aksi empat berupa silent selama 1 menit 35 detik dengan cara membelakangi lapangan. “Bahwa kami turut empati atas tragedi Kanjuruhan. Artinya antara Persikmania dan Aremania, juga suporter fanatik lainnya, tidak ada perpecahan,” jelas Bagus Hutomo, Ketua Aliansi Suporter Persik.
Pengamanan ketat sebenarnya telah dilakukan petugas keamanan gabungan terdiri Polri, TNI dan Satpol PP saat digelar pertandingan Persik Kediri melawan Arema, Sabtu sore. Diduga suporter Arema, menjadikan salah paham dan ada beberapa oknum suporter lainnya terprovokasi.
“Seperti yang kita ketahui bersama, bahwasanya untuk BRI Liga 1, ada aturan hanya boleh dilihat suporter atau penonton tuan rumah. Jadi untuk tim tandang tidak diperkenankan. Awalnya ada 12 orang yang diamankan kemudian total 25 orang orang. Namun mereka bukan beralamatkan Malang. Ada sekitar Kandangan dan Blitar, namun jumlahnya tidak banyak,” terang Kapolres Kediri Kota.
Penyekatan perbatasan juga berjalan dengan baik, terbukti tidak ada rombongan memakai atribut Arema masuk wilayah Kediri.
“Mungkin situasional di lapangan, ketika terjadi gol ada yang merasa kecewa dan juga senang. Namun Alhamdulillah sekarang situasi bisa terkendali dan aman hingga pertandingan selesai. Semua telah kami pulangkan dan kami fasilitasi dengan kendaraan umum,” jelas AKBP Teddy Candra.
Jurnalis : Oktavian Yogi Pratama Editor : Nanang Priyo Basuki