KEDIRI – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kediri menggelar acara bertajuk Pagelaran Budaya Panji. Dibalik tujuan acara ini, sebagai bentuk kepedulian para seniman di Kediri yang dua tahun lebih vakum karena pandemi. Bertempat di Gedung Bhagawanta Bhari, Sabtu (25/09)
“Tittle-nya pagelaran budaya panji, kita ketahui bersama bahwa ikon Kediri kan budaya Panji. Selain pagelaran, tujuannya mereaktualisasi dan mengaktifasi kembali karena libur berapa tahun selama pandemi. Sehingga kita coba ajak aktif kembali seniman yang ada di Kabupaten Kediri. Pagelarannya variatif mulai dari drama, tari, jaranan, wayang krucil, wayang jemblung dan ketoprak yang semua bertemakan Raden Panji,” ucap Dra. Atik Dwi Indarti selaku Kasi Laboratorium Kesenian Disbudpar Jawa Timur
Sengaja hanya 9 sanggar yang diundang dalam acara, karena mengacu penerapan protokol kesehatan. Dimana siapapun hadir di Gedung Bhagawanta, harus menjalani Swab Antigen. “Kami berusaha memberi support, bangkitkan kembali kreativitas mereka. Ketika level wilayah sudah turun, saya menyebut teman-temanini menangis meronta,” imbuhnya.
Mewakili Pemerintah Kabupaten, Yuli Marwanto selaku Kabid Sejarah Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menyampaikan bahwa kegiatan ini diprakarsai pemerintah propinsi. “Kegiatan dilaksanakan di 2 wilayah untuk sekarang di Kabupaten Kediri, untuk tanggal 22 Oktober bertempat di saudara muda kita yaitu Kota Kediri,” terang Kabid Sejarah Purbakala.
Diterangkan Yuli Marwanto, budaya Panji ini memang akar cerita peninggalan Kerajaan Kediri yang populer sampai ke manca negara. “Berbagai grup kesenian ini mulai dari Sanggar Ande-Ande Lumut, Sanggar Sekartaji dan Kamiswara, Sasana Budoyo dan Wayang Panji. Juga wayang krucil jemblung degan dalang Pak Edi dari Grogol dan eEmpat grup jaranan,” imbuhnya.
Salah satu peserta tampil dari Tunas Wijoyo Putro pimpinan Heru Puji Susanto beralamatkan Dusun Kranggan Desa Nambaan Kecamatan Ngasem. Melalui seniman sepuhnya, Bopo Marianto selaku Wiro Sworo alias tukang nyanyi. Sangat berharap pandemi segera berlalu dan bisa kembali beraktifitas untuk mencari rejeki.
“Hari ini menampilkan Gegere Singo Barong, bagaiman hebatnya Singo Barong saat mengamuk dalam proses melamar Dewi Songgolangit. Ada sayembara barang siapa mau menjadi suaminya, minta permintaan ada arak-arakan gamelan dan kedua minta disediakan kuda sebanyak 144 ekor. Kemudian ketiga yang menjadi legenda harus melalui terowongan yang sekarang dikenal jadi Goa Selomangleng. Akhirnya terjadi perang akhirnya dimenangkan kerajaan dari Ponorogo, Bantar Angin,” ungkapnya.
Pada akhir wawancara, Bopo Marianto juga meneruskan harapan seniman lainnya, mengaku rindu kembali beraktifitas normal. “Saya rindu suaranya sinden dan gamelan selama masa pandemi ini. Lalu kapan kami bisa tampil dan belum jelas kapan berakhirnya,” imbuhnya.
jurnalis : Yusril Ihsan editor : Nanang Priyo Basuki