KEDIRI – Suasana penuh makna mewarnai halaman Taman Siswa Cabang Kediri pada Kamis (03/07), saat peringatan Hari Lahir ke-103 Perguruan Taman Siswa digelar dengan cara yang unik dan penuh nuansa budaya. Bukan sekadar seremoni, perayaan kali ini menjelma menjadi titik balik kebangkitan nilai-nilai luhur pendidikan berbasis budaya.
Acara dimulai dengan upacara budaya yang khidmat, dilanjutkan dengan peresmian patung Ki Hajar Dewantara serta penanaman pohon simbol harapan di lingkungan sekolah. Tempat ini kini juga menjadi markas baru bagi Balai Kebudayaan Kota Kediri sebuah langkah simbolik yang memperkuat kolaborasi antara dunia pendidikan dan seni budaya.
“Peringatan ini adalah refleksi perjuangan panjang dan juga panggilan untuk membangkitkan kembali semangat pendidikan Ki Hajar Dewantara di masa kini,” ujar Ki Supomo, Ketua Yayasan Taman Siswa Cabang Kediri
Ia mengingatkan, Taman Siswa lahir di tahun 1922 jauh sebelum Indonesia merdeka. Dalam waktu singkat, jaringan pendidikan ini tumbuh pesat ke seluruh penjuru negeri. Kediri menjadi salah satu cabang terawal setelah Yogyakarta, dengan unit-unit seperti Taman Indria, Taman Dewasa, dan Taman Karya yang hingga kini tetap eksis dan berkontribusi dalam dunia pendidikan.
Menambah semangat baru, Ketua Dewan Kebudayaan Kota Kediri, Yuwono Wahyu Alam, memaparkan rencana besar untuk membuka SMK Kesenian berbasis budaya mulai tahun depan.
“Kami ingin menciptakan ruang aman bagi generasi muda untuk mengekspresikan bakat dan kreativitas mereka lewat seni. Sekolah ini akan menjadi jawaban dari kerinduan kita pada pendidikan yang membumi dan membudaya,” tegas Yuwono.
Ia juga menegaskan kembali pentingnya menanamkan trilogi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, sebagai pondasi karakter dan jati diri siswa. Nilai-nilai ini kini diintegrasikan dalam kurikulum dan aktivitas sehari-hari di lingkungan Taman Siswa.
Momen yang paling menyita perhatian adalah peresmian patung Ki Hajar Dewantara setinggi 120 cm, karya seniman lokal sekaligus penasihat Dewan Kebudayaan, Jamran. Bagi Jamran, patung ini bukan hanya bentuk ekspresi artistik, melainkan penghormatan tulus terhadap sosok pendidik yang telah menginspirasi bangsa.
“Saya ingin patung ini menjadi simbol semangat dan keteguhan beliau dalam membangun pendidikan yang memerdekakan,” kata Jamran.
Kehadiran Balai Kebudayaan Kota Kediri di area Taman Siswa merupakan hasil kolaborasi nyata antara seniman, pendidik, dan masyarakat. Kini, sekretariat Dewan Kebudayaan pun resmi berkegiatan di tempat ini menandai era baru sinergi antara pendidikan dan pelestarian budaya.
Dengan semangat kolaboratif ini, Taman Siswa Kediri dan Dewan Kebudayaan berkomitmen menjadikan sekolah bukan hanya tempat belajar akademik, tetapi juga ladang subur untuk menanam nilai-nilai budaya, karakter, dan kreativitas bagi generasi penerus Indonesia.
jurnalis : Anisa Fadila