Sudah menjadi pemandangan rutin setiap Sabtu dini hari di sejumlah ruas jalan Kota Kediri—ratusan sepeda motor tumpah ruah, sebagian besar dikendarai remaja yang masih berseragam sekolah. Fenomena ini tak lagi mengejutkan, dimulai dari dua motor yang beradu kecepatan, disusul ratusan lainnya. Melaju tanpa kendali, kerap lewat pukul 02.00 dini hari.
Ironisnya, ini bukan kejadian insidental.
penulis : Nanang Priyo Basuki
Ini berlangsung hampir setiap akhir pekan, dengan pola yang sama dan risiko yang tak kecil.
Sebagai warga, tentu kita bertanya: di mana fungsi pengawasan? Bukankah hampir setiap persimpangan sudah dilengkapi kamera pengawas (CCTV)? Bukankah patroli Kepolisian terlihat aktif selama 24 jam demi menjamin keamanan dan ketertiban?
Apakah aksi ini bukan bentuk pelanggaran lalu lintas yang nyata?
Apakah tidak ada potensi kecelakaan fatal yang mengintai, baik bagi pelaku maupun pengguna jalan lain?
dan yang paling mengkhawatirkan—apakah ini contoh yang ingin kita wariskan kepada generasi muda lainnya?
Kita patut khawatir, sebab selain membahayakan, kebiasaan seperti ini secara perlahan merusak wajah Kota Kediri sebagai kota yang ramah, tertib, dan aman. Kebebasan bukan berarti kebal terhadap aturan. Jalan raya bukan arena balap, dan malam hari bukan alasan untuk bertindak semaunya.
Kami mengajak semua pihak—masyarakat, orang tua, dan tentu aparat penegak hukum—untuk tidak menutup mata. Edukasi perlu, tetapi penegakan aturan jauh lebih mendesak. Jika dibiarkan terus, yang akan lahir bukan hanya korban, tapi juga pembiaran yang membudaya.
Mari kita jaga Kediri bersama. Jangan biarkan suara knalpot dan kebut-kebutan di malam buta menjadi simbol diamnya kita semua.