KEDIRI – Saat malam 1 Suro mendekap bumi dengan sunyi yang sakral, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kota Kediri kembali menggelar tirakatan Mapak Suro, sebuah tradisi spiritual yang telah diwariskan lintas generasi. Dalam keheningan malam yang sarat makna, para warga PSHT menyatukan jiwa dalam laku batin untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Ketua PSHT Kota Kediri, Agung Sediana, dikonfirmasi Rabu (25/6), menjelaskan. Bahwa malam 1 Suro bukanlah sekadar penanda waktu dalam kalender Jawa. Melainkan ruang kontemplatif bagi keluarga besar PSHT untuk “Mesu Budi” memperhalus budi pekerti dan memperkuat karakter spiritual.
“Mapak Suro adalah malam tirakatan kami. Di bulan Muharam ini, kami diajak untuk mawas diri, membersihkan hati, dan kembali kepada nilai-nilai luhur,” ujarnya dengan nada penuh hikmah.
Sebagai bagian dari tradisi, warga PSHT juga menggelar selamatan dengan sajian khas bubur Suro lambang kerendahan hati dan rasa syukur yang tak lekang oleh zaman. Bagi PSHT, tradisi bukanlah beban masa lalu, tapi jembatan menuju masa depan yang berakar kuat pada nilai-nilai adiluhung.
Momentum 1 Suro juga menjadi awal dari prosesi penting: pengesahan warga baru. Tahun ini, sebanyak 355 warga dari tiga kecamatan, Kota, Pesantren, dan Mojoroto, akan resmi menjadi bagian dari keluarga besar PSHT. Mereka juga berasal dari komisariat perguruan tinggi seperti UNIK, UNP, dan UIN Syekh Wasil Kediri.
Namun, lebih dari sekadar seremoni, PSHT menunjukkan komitmennya terhadap ketertiban. Melalui koordinasi intensif dengan Polres Kediri Kota, Satpol PP, Dinas Perhubungan, dan Kodim, pengesahan dilakukan secara tertib, tanpa konvoi atau arak-arakan yang bisa mengganggu kenyamanan publik.
“Semuanya telah kami himbau, agar warga tidak datang ke lokasi kecuali yang bersangkutan. Ini demi menjaga kondusivitas kota kita,” tegas Agung.
Pengesahan pun tak sembarang orang. Ada batas usia yang ketat minimal 15 tahun untuk perempuan dan 16 tahun untuk laki-laki serta kelulusan materi sebagai syarat mutlak. Semua dilakukan demi menjaga mutu dan nilai luhur perguruan.
Lebih dari sekadar bela diri, PSHT juga aktif dalam aksi sosial, seperti kerja bakti lingkungan dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Semangat ini diperkuat dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh para ketua perguruan di Kediri, demi menciptakan suasana Suroan yang damai dan penuh hikmah.
“Alhamdulillah, sejak tahun lalu suasana di Kota Kediri tetap kondusif. Ini buah kerja sama semua pihak. Kami pun selalu melakukan evaluasi agar tiap kegiatan berjalan semakin baik,” pungkas Agung, menutup dengan harap pada kedamaian yang terus lestari.
jurnalis : Anisa Fadila