KEDIRI – Sempat tertegun saat mendapat aduan bahwa Puskesmas Semen tidak mampu memberikan pelayana sesuai prosedur berlaku. Bahkan setelah mendengar jika puskesmas yang didatanginya ini telah tiga kali tutup sebelum pukul 10 pagi. Sontak saja orang nomor satu di Kabupaten Kediri, Hanindhito Himawan Pramana segera nyalakan telepon genggamnya.
Dari obrolan tersebut, terdengar Bupati Kediri tengah menelepon Plt. Kepala Dinas Kesehatan, dr Ahmad Chotib. Menanyakan informasi yang baru saja didapat dan cukup membuatnya terlihat wajah tidak percaya. “Apakah benar jam 10 bila Puskesmas Semen sudah tutup? Tanyanya. Kemudian mendapat jawaban dikarenakan ada acara.
Dari acara Rabu Ngopi (24/11), sengaja dimajukan seharusnya Jumat Ngopi bertempat di Pendopo Panjalu Jayati. Dari sekian banyak pertanyaan atau aduan, Mas Dhito demikian sapaan akrabnya terlihat cukup kaget. Saat usai acara kemudian didatangi perempuan muda kemudian diketahui bernama Indana, warga Desa Sidomulyo Kecamatan Semen.
“Dulu pernah komunikasi sama Masbup masalah bantuan sosial yang enggak merata di Dusun Wonorejo Desa Sidomulyo. Jadi ada yang kanan kiri itu dapat semua bahkan orang mampu. Tapi ada yang orang tua malah tidak menerima. Sepertinya ada penekanan dari pihak perangkat desa. Kemudian tiga bulan secara khusus Mbah Suharti yang menderita diabetes ini kemudian menerima,” ungkapnya usai bertemu Mas Dhito, sapaan akrab Bupati.
Cerita menjadi lain, saat penyakit Mbah Suharti ini kambuh. Perempuan berusia 70 tahun yang hidup sebatang kara ini membutuhkan penangganan segera tim medis. Indana berniat membantu dengan membawanya ke puskesmas terdekat yaitu di Puskesmas Semen. Namun yang didapati, justru hingga tiga kali puskesmas di bawah Pemerintah Kabupaten Kediri ini telah tutup, padahal waktu masih menunjukkan pukul 10.00 wib.
“Kemarin sempat drop mbah Suharti ini, lalu kenapa Puskesmas Semen itu tutup jam 10. Padahal dalam tulisannya buka pukul 7.30 tapi dari keterangan pegawainya, dokter yang menanggani baru datang pukul 8 pagi lebih. Saya pernah foto tulisannya tutup jam 12 siang,” terangnya. Mas Dhito pun terlihat serius menyikapi hal ini dan kemudian bergegas masuk ke ruang kerjanya di Ndalem Pringgitan.