KEDIRI – Secara khusus Tri Rismaharini mengunjungi Situs Ndalem Pojok Kecamatan Wates, pada Jumat (15/11). Sosok perempuan asli Kota Kediri ini sempat meneteskan air mata, mengenang perjuangan masa kecil Bung Karno di rumah ini. Pada kesempatan ini, dia juga melakukan silaturahmi dengan keluarga besar Pondok Pesantren Jati Diri Bangsa
Tri Rismaharini memulai kegiatannya dengan napak tilas di rumah masa kecil Bung Karno. Dalam kesempatan itu, ia berbagi kisah tentang semangat juang yang diwariskan oleh sang proklamator.
“Saya di sini silaturahmi sambil napak tilas masa kecil Bung Karno dulu. Berdirinya Pondok Pesantren Jati Diri Bangsa, untuk belajar mencintai tanah air Indonesia dan wawasan kebangsaan. Di sini dipelajari tentang Undang-Undang Dasar 1945 dan kedalaman Pancasila. Pesan dari Bung Karno sangat jelas, yaitu untuk menjaga persatuan Indonesia. Kita jangan sampai terpecah belah, terutama dengan pengaruh dari luar yang berusaha memecah belah bangsa kita,” ungkap Risma
Lebih lanjut, Risma menekankan pentingnya menjaga kekayaan alam Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat. Ia menyoroti betapa pentingnya pemimpin bangsa untuk bersikap adil dan amanah.
“Kita ini diwarisi kekayaan alam yang luar biasa. Kalau tidak kita manfaatkan dengan baik, maka generasi mendatang akan kehilangan semuanya. Kita harus adil, tidak membeda-bedakan siapapun. Pesan para pendiri bangsa ini sangat penting agar kita mencapai kesejahteraan yang sejati,” tambahnya sambil terisak.
Momen haru berlanjut saat Risma bertemu dengan Raden Mas Koeswartono, ahli waris dari Situs Ndalem Pojok. Dalam wawancara, Koeswartono mengungkapkan bahwa kunjungan Risma merupakan amanah dari Megawati Soekarnoputri untuk mencari keluarga Bung Karno di Kediri.
“Bu Risma datang ke sini bukan untuk kampanye, tapi lebih kepada silaturahmi. Beliau mendapat titipan dari Ibu Mega untuk bersilaturahmi dengan keluarga Bung Karno di Kediri. Beliau sangat terharu mengenang perjuangan Bung Karno, terutama saat melihat situs-situs bersejarah di rumah ini,” ujar Koeswartono.
Situs Ndalem Pojok yang kini menjadi cagar budaya ini menyimpan banyak kisah masa kecil Bung Karno. Di rumah inilah nama Kusno diganti menjadi Soekarno yang kemudian dikenal dunia. Menurut Koeswartono, di sinilah Bung Karno kecil menghabiskan waktunya bermain, belajar pidato, hingga mengalami berbagai kejadian yang membentuk karakter kepemimpinannya.
“Situs ini luasnya satu hektar, dan di sini tempat Bung Karno mengganti namanya. Bahkan, kamar-kamar yang dulu digunakan Bung Karno dan Bu Inggit Garnasih masih ada. Rumah ini adalah saksi sejarah perjuangan Bung Karno yang pantang menyerah demi bangsa,” jelasnya.
Koeswartono juga bercerita tentang bagaimana keluarganya memiliki hubungan dekat dengan Bung Karno. Kakek dari Raden Mas Koeswartono merupakan penasihat presiden yang kemudian dibawa ke Istana Negara oleh Bung Karno setelah menjadi presiden.
“Ketika Bung Karno pertama kali menjadi presiden, beliau ziarah ke kakek saya yang juga ayah angkat beliau. Keluarga kami kemudian dibawa ke istana. Jadi, rumah ini sangat bersejarah dan memiliki nilai yang tinggi sebagai cagar budaya,” tambah Koeswartono.
Kunjungan Tri Rismaharini ini diakhiri dengan pesan persatuan. Beliau mengingatkan agar masyarakat tetap solid dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang dapat memecah belah persatuan bangsa.
“Semoga kita semua bisa menjaga persatuan ini dan menjadikan kekayaan bangsa sebagai pondasi untuk kemakmuran bersama,” tutup Risma dengan haru.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi napak tilas sejarah, namun juga sebagai pengingat betapa pentingnya menjaga warisan dan nilai-nilai kebangsaan yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa.
jurnalis : Muhamad Dastian Yusuf editor : Nanang Priyo Basuki