KEDIRI – Mimpi manis tim sepak bola Kota Kediri untuk menjejak podium tertinggi di Porprov Jawa Timur IX 2025 harus pupus dalam drama adu penalti yang menyesakkan.
Bertanding di Stadion Kahuripan, Turen, Sabtu (28/6), skuad Macan Putih Muda harus mengakui keunggulan Kabupaten Mojokerto dengan skor 3-4 setelah imbang di waktu normal.
Sejak peluit pertama, anak-anak Kediri tampil menggigit. Dominasi permainan, aliran bola cepat, dan sederet peluang emas seakan menjanjikan hasil manis. Namun keberuntungan enggan berpihak.
Meski berkali-kali mengancam gawang lawan, tak satu pun yang berbuah gol. Laga pun harus ditentukan lewat tos-tosan yang berakhir pahit.
“Kita kuasai pertandingan, tapi memang belum rezeki. Beberapa peluang tak berhasil diselesaikan jadi gol,” ujar Tomi Ari Wibowo, Ketua PSSI Askot Kediri, seusai laga.
Tomi tak menampik timnya bertanding tidak dalam kekuatan penuh. Empat pemain inti absen, memaksa pelatih melakukan rotasi dan menyesuaikan strategi. Namun semangat para pemain tetap ia puji setinggi langit.
“Saya sampaikan ke pemain, saat ini kita tak boleh larut dalam kecewa. Satu-satunya opsi sekarang adalah merebut medali perunggu. Itu harga diri yang harus kita jaga,” tegasnya.
Di sisi lain, Tomi mengakui bahwa faktor non-teknis turut memengaruhi jalannya pertandingan. Tim Mojokerto mendapat dukungan besar dari Wakil Bupati Muhammad Rizal Octavian dan jajaran pejabat daerah, serta ratusan suporter dari kontingen cabang olahraga lain.
“Secara mental, mereka unggul. Dukungan masif itu jadi energi tambahan yang tak bisa dianggap remeh,” lanjut Tomi.
Kini, skuad Kota Kediri bersiap menghadapi laga penentuan tempat ketiga melawan Kabupaten Jember, yang sebelumnya takluk dari Kota Surabaya 0-1. Pertandingan akan digelar Minggu, 30 Juni 2025 pukul 13.00 WIB di Stadion Kahuripan, Turen.
Meski emas telah melayang, medali perunggu tetap bermakna. Bagi para pemain dan warga Kota Kediri, laga perebutan tempat ketiga bukan sekadar formalitas—tapi kesempatan menebus asa dan menutup Porprov dengan kepala tegak. Macan Tahu belum selesai.
jurnalis: Sigit Cahya Setyawan