KEDIRI – Harapan tim sepak bola Kota Kediri untuk membawa pulang medali di ajang Porprov IX Jatim 2025 harus kandas di detik-detik akhir. Dalam laga perebutan tempat ketiga yang digelar di Stadion Kahuripan Turen, Senin (30/6), tim besutan Wimba Sutan Fanosa harus mengakui keunggulan Kabupaten Jember dengan skor tipis 2-3, meski sempat dua kali memimpin jalannya pertandingan.
Laga berlangsung dalam tempo tinggi sejak peluit awal dibunyikan. Kota Kediri tampil percaya diri dan membuka keunggulan lebih dulu di babak pertama. Namun, keunggulan itu tak bertahan lama setelah Jember menyamakan kedudukan lewat eksekusi tendangan bebas yang gagal diantisipasi kiper Kediri.
Cerita serupa terulang di babak kedua. Kediri kembali unggul 2-1 dan sempat terlihat akan menutup laga dengan kemenangan. Sayangnya, segalanya berubah hanya dalam hitungan menit. Ketika pertandingan memasuki 12 menit terakhir, fokus tim mulai mengendur. Sebuah pelanggaran keras di kotak penalti berbuah hukuman bagi Kediri, yang dimanfaatkan Jember untuk menyamakan skor.
Petaka berlanjut. Dua menit sebelum waktu normal habis, kesalahan di lini belakang kembali terjadi. Konsentrasi yang buyar membuat Jember mampu mencetak gol penentu kemenangan. Kedudukan 3-2 pun bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Pelatih Wimba Sutan Fanosa tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Menurutnya, kekalahan bukan karena kehebatan lawan, melainkan akibat kesalahan sendiri yang berulang kali terjadi.
“Sejak awal saya sudah tekankan, kita hanya bisa kalah karena dua hal: tidak beruntung, atau terjadi kesalahan sistem. Dan sayangnya, hari ini keduanya terjadi,” ujar Wimba usai pertandingan.
Ia juga mengakui bahwa komposisi tim Kota Kediri memang belum ideal. Banyak pemain belum berpengalaman di level U-20 karena mayoritas masih berlaga di kelompok umur U-17.
“Selama tiga bulan saya sudah push habis-habisan. Dari fisik, taktik, motivasi, sampai briefing teknis. Tapi saat pemain inti cedera atau kena akumulasi, kami cuma punya 14-15 pemain yang benar-benar siap. Sisanya cuma berbekal semangat dan sedikit pemahaman taktik,” jelasnya.
Yang paling disesalkan Wimba adalah kesalahan-kesalahan mendasar yang seharusnya bisa dihindari.
“Pelanggaran-pelanggaran tidak perlu di area pertahanan jadi mimpi buruk. Saya sudah ingatkan dari awal: jangan lakukan pelanggaran di belakang kecuali benar-benar mendesak. Tapi tetap saja terjadi—penalti, tendangan bebas, dan akhirnya gol,” tegasnya.
Wimba menekankan pentingnya pembinaan berkelanjutan untuk membangun fondasi sepak bola yang kuat di Kediri. Menurutnya, tanpa sistem yang baik dan kompetisi internal yang sehat, akan sulit mengejar ketertinggalan dari daerah lain.
“Saya sudah sampaikan kepada Ketua PSSI Askot Kediri agar segera menggelar liga internal kelompok usia. Sepak bola Kediri butuh itu untuk berkembang,” pungkasnya.
jurnalis : Sigit Cahya Setyawan