KEDIRI – Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Kediri, Ashari terlihat tak kuasa menahan emosi saat berada di lokasi pencemaran air sumur. berada di wilayah RT. 05 RW. 02 Lingkungan Kresek Kelurahan Tempurejo Kecamatan Pesantren.
“Saya dikatakan tidak memiliki kompetensi. Tentu saya malu, apalagi dihadapan umum. Namun faktanya apa yang saya katakan benar. Bahwa ini hasil sidak dan menjadi rekomendasi Komisi C,” ucapnya, namun tidak berkenan menyebutkan orang yang mengatakan tersebut.
Bahwa selama ini cara pengambilan sampel air dilakukan sejumlah pihak dianggap kurang efektif dan akhirnya dilakukan kemarin (09/09). Dengan mengambil air sumur pada permukaan, bukan melalui kran atau mengambil langsung yang terdalam.
Salah satu warga yang membuktikan ucapan Ashari, yang juga Ketua DPC Partai Demokrat Kota Kediri adalah Sulastri. Karena tidak betah dengan bau menyengat di dalam rumahnya. Kemudian melihat sumur berada di belakang rumahnya,ternyata telah berwarna kehitaman seperti kopi dan berbau seperti bahan bakar.
Dia pun tergopoh-gopoh mendatangi Abdullah Mubarok selaku Ketua RT untuk mengadukan masalah ini.
“Saya ingat ucapan Pak Ashari saat kemarin kesini saat baunya menyengat. Lalu saya coba buka sumur dan airnya berwarna kehitaman. Terus saya koplok dan minta Pak RT datang ke rumah melihat sendiri. Jika air dari sanyo bersih namun airnya berbau. Saya sendiri tidak tahu, apa ini penyebabnya,” ucap Sulastri.
Berbau Bahan Bakar
![](https://kediritangguh.co/wp-content/uploads/2023/09/9-sumur.jpeg)
Seperti diberitakan sebelumnya, saat rombongan wakil rakyat melakukan kunjungan lapangan, menemukan tiga fakta baru yang selama ini tidak disampaikan ke publik.
“Pertama terkait dengan kondisi sumur pantau yang ada di pompa bensin. Yang kedua, penyusutan stok bahan bakar terutama pertalite, terjadi los hampir 70 liter dalam satu bulan. Terakhir terkait pengambilan sample air oleh tim ahli yang didatangkan melalui Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, pemerintah kota atau lembaga yang lain,” ungkapnya.
Kemudian juga dikeluarkan tiga rekomendasi, ditambahkan Ashari. “diantaranya tanggung jawab pemerintah daerah dalam bentuk kepedulian sosial, melakukan uji air menggunakan laboratorium milik Kementerian Kesehatan dan ini bagian resiko bencana. Sudah tidak perlu lagi diperdebatkan, faktanya tehnik dilakukan tidak tepat,” tegasnya.
Terkait bentuk tanggung jawab? Ashari berikan contoh konkrit dengan melakukan pemasangan saluran PDAM di semua rumah warga terdampak.
“Gratiskan pemasangan jaringan air bersih PDAM di semua rumah warga terdampak. Biaya pemasangan dan biaya pemakaian air dibebankan kepada pemerintah kota, hingga masalah pencemaran dinyatakan aman dan layak dikonsumsi kembali,” imbuhnya.
Contoh Air Permukaan
![](https://kediritangguh.co/wp-content/uploads/2023/09/9-sumur-2.jpeg)
Mendapat laporan, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar hadir bersama para kepala dinas terkait termasuk tim Labkesda Kota Kediri. Selain itu, atas Unit Tindak Pidana Khusus Satreskrim Polres Kediri Kota juga datang mengamankan sejumlah alat bukti.
Pada kesempatan tersebut, Abdullah Abu Bakar menyampaikan hasil sementara dari sampel air yang diteliti ITS. Ditemukan kandungan petrolium hidrokarbon (TPH) di sejumlah rumah warga.
“Ini sudah ditemukan bahwa ini pencemaran, bahkan airnya sudah semakin kental. Nanti akan diteliti lebih lanjut dan dicari sumbernya. Cara mencarinya ITS akan menggunakan geolistrik,” jelasnya.
Sampel air yang tercemar sempat diuji coba dengan ditaruh piring berbahan besi kemudian disulut korek api. Api pun langsung berkobar dan menggeluarkan asap berwarna hitam. Saat disinggung kasus tengah diselidiki Kepolisian, Wali Kota mendukung upaya tersebut.
“Bila memang terbukti sumbernya dari SPBU, yang sementara wajib ditutup. Minggu depan, ITS akan kembali melakukan uji coba,” jelasnya.
Jurnalis : Wildan Wahid Hasyim Editor : Nanang Priyo Basuki