KEDIRI – Pemerintah Kabupaten Kediri bekerjasama Dewan Kesenian Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) didukung Lesbumi NU serta Pemerintah Desa Keling Kecamatan Kepung.
Pada Sabtu (30/10) menggelar Festival Bantengan. Disampaikan Rofi’i Lukman, selaku Kepala Desa Keling demisioner, bahwa kini bentuk nyata warga Nahdlatul Ulama pada khususnya dalam menguri-uri budaya.
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2022 dan Maulid Nabi Muhammad SAW, kemeriahan acara ini untuk memperebutkan piala Bupati Kediri, piagam serta uang pembinaan hingga jutaan rupiah.
Tampak hadir sejumlah tokoh seniman dan tokoh muda Nahdlatul Ulama di Kabupaten Kediri. Termasuk pengurus Senopati Nusantara yang juga Ketua DK4, Imam Mubarrok didampingi Senopati Partai NasDem, Khusnul Arif.
Disampaikan Khusnul Arif, Bantengan merupakan rangkaian kegiatan dalam memeriahkan peringatan Hari Santri. Bahwa kesenian ini telah berkembang lama di wilayah Kabupaten Kediri.
“Dengan adanya Festival Bantengan dan didukung Mas Bup (Bupati Kediri, red). Merupakan wujud nyata dukungan pemerintah daerah membangkitkan dan merawat seni budaya,” ungkap anggota DPRD Komisi IV dari Partai NasDem.
Gus Rofi’i : Kera Wujud Manusia Provokator

Disampaikan Gus Rofi’i, sapaan akrab Kades Keling Demisioner, bahwa kesenian Bantengan diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Singosari. Hal ini dibuktikan dari adanya relief di Candi Jago, Tumpang, Malang, Jawa Timur. Menggambarkan Harimau melawan banteng. Sedangkan di sisi lainnya, juga terdapat gambar tarian menggunakan topeng banteng.
Lahirnya kesenian ini bermula dari perguruan pencak silat yang digunakan sebagai hiburan pemainnya. Ada yang menyebutkan juga bahwa bantengan merupakan bentuk kamuflase untuk mengelabuhi penjajah Belanda yang melarang keras perguruan tersebut.
Seni Tradisional Jawa Timu Bantengan ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya. Merupakan pertunjukan cerita rakyat melawan keburukan, yang diperankan dalam sosok binatang. Selain itu juga terdapat tokoh pengganggu yang memicu perlawanan semakin sengit. Yaitu sosok kera yang digambarkan sebagai wujud sifat kikir dalam diri manusia.
“Dalam alur ceritanya, banteng dan macan akan selalu bertarung ketika bertemu. Sedangkan monyet menjadi tokoh provokator yang selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Permainan ini selalu dimenangkan oleh banteng, dimana memberikan pesan moral bahwa kebaikan akan selalu mendapatkan kemenangan,” ungkapnya
Ketua panitia Festival Bantengan Kediri, Emon menjelaskan ternyata bantengan ini berbeda genre dengan kesenian jaranan. Bantengan ini dulunya justru dilakukan oleh anak-anak masjid atau musala yang dasarnya menekuni ilmu bela diri pencak silat. Menjadikan acara meriah, acara Festival Bantengan ini diikuti 15 peserta.
Walaupun festival ini baru digelar pertama kalinya, antusiasme dari peserta sangat luar biasa.
Pemenang Festival Bantengan Kediri Tahun 2022 sebagai berikut :
▪️Juara 1. Maheso Sakti Wijoyo, Desa Kampungbaru, Kecamatan Kepung
▪️Juara 2. Maheso Bhirowo Putro, Desa Wonorejo, Kecamatan Puncu
▪️Juara 3. Suro Manggolo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu
▪️Juara Favorit. Empu Supo, Songgoriti, Kota Batu.
editor : Nanang Priyo Basuki