KEDIRI – Kirab dan Jamasan Pusaka digelar Pemerintah Kabupaten Kediri, Senapati Nusantara dan Paguyuban Antik Kadhiri (Patika) bertempat di Situs Totok Kerot, Selasa (02/08). Acara ini sekaligus sebagai ajang, menetapkan 25 Nopember sebagai Hari Keris Nasional seiring telah ditetapkan Unesco sebagai budaya dunia. Hadir dalam acara ini Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Adi Suwignyo, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) Imam Mubarok serta para seniman dan budayawan.
Acara yang kali pertama digelar ini, sarat dengan makna kesakralan diawali kirab dimulai dari Jalan Raya Desa Bulupasar Kecamatan Pagu, menuju ke lokasi situs. Peserta kirab ini membawa beragam pusaka, juga tumpeng lanang, tumpeng wadon, jenang sengkolo warna merah dan putih. Setibanya di lokasi, proses penjamasan (pencucian, red) dilaksanakan dipimpin Ki Hardjito Mudho Darsono, salah satu tokoh budaya di Kediri.
“Kegiatan ini jamasan pusaka rencananya diawali tahun ini dan bsia rutin digelar. Ada ratusan pusaka yang dijamas, mulai pusaka Tangguh, Jalak, Petok, era Majapahit dan bermacam-macam milik teman dari Tulungagung dan Nganjuk,” ungkap Said selaku ketua panitia.
Warisan Budaya Bangsa
Mewakili Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, Adi Suwignyo menyampaikan bahwa Bulan Suro atau Muharram merupakan bulan dianggap sakral bagi masyarakat Jawa. Tradisi ritual memiliki makna mawas diri juga tradisi kirab pusaka saat ini dilaksanakan.
“Ini merupakan kegiatan mewarisi sejarah dan budaya bangsa. Juga mengandung nilai pariwisata dan daya tarik bagi wisatawan. Saya berharap ini dapat dikemas lebih menarik sehingga memberikan dampak positif kepada perekonomian dan UMKM lokal masyarakat sekitar. Saya memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada semua, baik seniman, budayawan dan masyarakat,” ucap Adi Suwignyo membacakan sambutan bupati.