KEDIRI – Terkait keberadaan bangunan baru berada di Jalan Letjen Sutoyo 72 Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren. Akhirnya pihak PT. Bawera Artha Samudra memberikan klarifikasi merupakan cafe yang menyediakan fasilitas billiar.
“Jadi bukan diskotik seperti ditulis seperti sebelumnya. Hal ini perlu kami klarifikasikan karena ada beberapa warga sekitar tempat usaha yang menanyakan terkait tempat usaha kami. Kami akan merekrut 60% karyawan merupakan warga setempat,” jelas Darius Marcell Pranajaya selaku pemilik usaha Bacchus Poll and Lounge.
Sebagai bukti, dia kemudian empat lembar kertas berisi terkait ijin usahanya. “Kami telah mengurus ijin 4 bulan sebelum kami lakukan perbaikan. Sebenarnya ini telah molor dua bulan, sesuai rencana kami untuk segera dioperasikan,” imbuhnya.
Lalu bagaimana pendapat warga setempat? Melalui Sadmoko selaku Ketua RT. 01 RW. 01 Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren saat ditemui di rumahnya menjelaskan. Bahwa warganya sempat resah dan menyatakan menolak jika dijadikan tempat hiburan malam semacam diskotik.
“Kita menyatakan menolak kalau untuk diskotik dan yang berhubungan dengan macam-macam itu. Saya sendiri sama warga menolak, terus akhirnya bos dari Malang (pemilik, red), Itu mengumpulkan warga sini semua. RT 01 sama RT 02 dikumpulkan,” terangnya.
Akhirnya terjadi kesepakatan hasil pertemuan tersebut, jelas Sadmoko, kalau memang bukan diskotik dan buka hingga pukul 1 dini hari.
“Akhirnya sepakat kalau memang bukan diskotik, hanya resto, cafe dan bilyar di belakang dan buka tidak larut malam sampai jam 3 dini hari. Jika sudah jam 1 dini hari sepi dan suara musik terdengar,” jelas Ketua RT.
Selanjutnya dilakukan pembangunan dan bila suara cek sound masih terdengar dari luar, maka Ketua RT ini langsung menghubungi pemilik usaha ini. Dia pun membenarkan, bahwa tempat usaha tersebut menyerap pekerja dari warga setempat.
“Ini ada jadi satpam, bartender dan waiters-nya, warga dari sini sama RT 02,” imbuhnya.
Sejumlah warga pun mensinyalir ini sekedar kedok berdirinya tempat hiburan malam. Salah satu warga setempat, Hanik saat ditemui di rumahnya membenarkan jika awalnya merasa keberatan jika tempat tersebut dijadikan tempat hiburan malam. Sejak 3 bulan lalu tempat ini dibangun, kemudian beredar kabar jadi diskotik.
“Awalnya kami ketakutan dijadikan tempat diskotik. Jika benar, siapa yang menjamin keamanan? Dulu itu show room motor. Pernah cek sound suaranya keras meski pintu ditutup namun seperti gempa. Saat itu hingga pukul 10 malam,” jelasnya.
Jurnalis : Oktavian Yogi Pratama Editor : Nanang Priyo Basuki