KEDIRI – Atas pernyataan Sulis selaku Lurah Tosaren Kecamatan Pesantren yang menyalahkan Sugito selaku penjaga kantor kelurahan, mengundang keprihatinan para ketua RT, Ketua RW dan LPMK. Sejumlah perwakilan ini sempat berkeliling, Rabu (18/08) sambil membawa Bendera Merah Putih yang dihiaskan pada sepeda motor. Kemudian memasuki halaman kantor kelurahan untuk menemui lelaki akrab disapa Mbah Gito.
Dengan memakai ikat kepala merah putih dan sepeda motor dihiasi bendera, sejumlah Ketua RT dan Ketua RW ini menyampaikan atas nama 46 RT dan 16 RW termasuk LPMK. “Kami merasa malu, makanya para Ketua RT dan Ketua RW menemui Mbah Gito. Kami prihatin seharusnya kesalahan pada lurah, kenapa justru menyatakan Mbah Gito yang salah,” ucap Arif Yunarto, Pengurus LPMK
Mbah Gito sendiri sejak tahun 2005 menempati lahan kosong kemudian dijadikan rumah dan sekaligus tempat usaha berupa warung. Sejumlah Ketua RT memberikan dukungan mental untuk menyampaikan kebenaran. “Saya sangat terkejut sekali karena kita bagian dari mitra kelurahan. Bila terjadi komunikasi yang baik, tidak akan terjadi. Pemerintah seharusnya membangkitkan jiwa nasionalisme sebagai wujud warga negara yang baik,” tegasnya.
Bahkan kabar Kantor Kelurahan Tosaren tidak kibarkan bendera ini, jelas Arif Yunarto, telah menyebarkan kemana-mana. “Bahkan keluarga saya di Blitar sampai bertanya, apakah benar kejadian tersebut. Kehadiran kami sebagai bentuk kepedulian terhadap beliau telah tua, dan kami kenal sebagai orang baik dan jujur,” imbuhnya.
Sementara Mbah Gito saat dikonfirmasi mengaku belum dimintai keterangan oleh Lurah Tosaren. “Tadi pagi saat saya menyapu halaman, beliau datang. Tapi beliau dengan memakai pakaian batik hanya diam terus masuk ke dalam ruang kerjanya,” jelasnya. Bila bendera yang lama masih ada, dia pun mengaku akan memasangnya.
Sebelumnya bulan lalu memang ada acara tamu dari Jakarta, kemudian dirinya diperintah memasang bendera. Selang beberapa hari acara selesai, dia disuruh menurunkan bendera yang sebenarnya dalam keadaan kurang baik. “”Bendera sebenarnya masih ada satu namun kondisinya memet. Terpaksa saya kurangi lima centi agar sobeknya tidak melebar. Selesai acara bendera saya turunkan kemudian dimasukkan ke laci kaca di kantor kelurahan. Kemarin saya cari-cari tidak ada, bila memang belum ada yang baru, yang lama itu mau kita pasang,” terangnya.
Usai menemui Mbah Gito, perwakilan tokoh masyarakat ini berencana besok akan kembali berkumpul untuk menyerahkan pernyataan dukungan. “Ini teman-teman akan kumpulkan tanda tangan, akan memasang spanduk bertuliskan Save Mbah Gito. Bahwa ini menunjukan kami warga Tosaren masih memiliki jiwa patriotism. Saya mohon bu lurah harus menyampaikan pernyataan terbuka kepada seluruh tokoh masyarakat dan warga,” jelas Arif Yunarto.
Editor : Nanang Priyo Basuki