KEDIRI – Hidup kadang menempuh jalannya sendiri. Bagi Ilma Nadyatu Az Zahro, mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri, jalan itu sempat terhenti di persimpangan luka, ketika kecelakaan lalu lintas merenggut kemampuannya untuk berjalan.
Peristiwa itu terjadi pada November 2024, di kawasan Kelurahan Manisrenggo, Kota Kediri. Sebuah sepeda motor melaju kencang dan menabraknya. Tubuhnya terpental, dan tulang kakinya patah. Namun luka fisik itu belum seberapa dibanding kenyataan pahit yang harus dihadapinya BPJS-nya tidak aktif, dan pengobatan medis terasa begitu berat karena keterbatasan ekonomi.
Tanpa pilihan, Ilma menggantungkan harapan pada pengobatan tradisional di sangkal putung. Ia harus menunda kuliah, berhenti sementara dari dunia yang ia cita-citakan, karena sekadar berjalan pun tak mampu ia lakukan.
“Sejak kecelakaan, saya tak bisa berjalan sama sekali. Terpaksa cuti kuliah, karena rumah dan kampus terlalu jauh,” tutur Ilma, lirih.
Ia tinggal di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare. Yang lebih menyayat, pelaku kecelakaan hanya meninggalkan uang Rp200 ribu—itu pun karena mengira Ilma hanya mengalami keseleo ringan. Hingga kini, pelaku tak pernah muncul kembali.
Namun harapan, seperti matahari di balik awan, perlahan menembus kelam. Uluran tangan datang dari rekan-rekan kampus. Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) UIN Syekh Wasil, Ahmad Muchibbudin Mawardi, turun langsung membantu. Ia menjembatani komunikasi hingga akhirnya Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Kediri, Dr. Totok Minto Leksono, merespons cepat permohonan bantuan medis bagi Ilma.
“Sebagai sesama mahasiswa, kami punya tanggung jawab moral. Kondisi Ilma menggetarkan hati. Maka kami bergerak. Setelah semua dokumen, termasuk surat keterangan tidak mampu, lengkap, Pak Totok langsung turun tangan,” ujar Muchib.
Totok, legislator dari Fraksi Gerindra, tak memandang asal daerah pemilihan. Ia menaruh simpati, lalu menyarankan agar Ilma segera dibawa ke RSUD SLG.
“Kalau bisa membantu, kenapa tidak? Hidup yang berguna adalah hidup yang baik,” tuturnya bijak.
Dari hasil rontgen, tim medis menemukan bahwa tulang Ilma memang telah menyatu, namun tidak sempurna. Untuk memperbaikinya, dokter menyarankan fisioterapi rutin. Mengingat jarak, Ilma nantinya akan menjalani perawatan lanjutan di RSUD Pare.
“Alhamdulillah, BPJS saya sudah aktif kembali. Sekarang saya hanya ingin sembuh, dan kembali ke bangku kuliah,” ucap Ilma, penuh harap, usai menjalani pemeriksaan medis di RSUD SLG.
Perjalanan Ilma belum selesai. Namun keberanian dan solidaritas telah menyalakan kembali cahaya di jalannya. Karena dalam luka, terkadang tumbuh kekuatan; dan di tengah gelap, harapan tetap bersinar terang.
jurnalis : Rohmat Irvan Afandi