KEDIRI – Permasalahan pencemaran air sumur warga Lingkungan Kresek Kelurahan Tempurejo Kecamatan Pesantren, seakan tidak ada jalan keluar. Dalam pertemuan digelar di Aula Kelurahan, Jumat (02/08). Pihak ITS ditunjuk untuk memeriksa pencemaran, menyampaikan masih ada tiga sumur belum bisa dikonsumsi.
Cukup menjadikan ironis, pihak SPBU merupakan penyebab terjadinya pencemaran. Melalui kuasa hukumnya, Zakiyah dihadapan warga membacakan surat terkait penghentian kompensasi kepada pemilik sumur yang dikategorikan aman.
Mewakili tim ITS, Ipung Fitri Purwanti menerangkan tahapan bakal dilakukan normalisasi.Dari 14 sumur mengalami pencemaran minyak, 11 sumur dinyatakan telah aman dan tersisa 3 sumur.
“Hasilnya dari 14 sumur itu sudah kami lakukan pemulihan terhadap 11 sumur. TPH-nya sudahnya sudah nol hanya tinggal 3 sumur yang belum nol,” terangnya.
Meski telah mendapatkan penjelasan dari tenaga ahli ditunjuk pemerintah kota, namun beberapa warga dalam pertemuan tersebut menyampaikan keluhannya. Bahwa air sumur di rumahnya masih menyisakan aroma minyak dan warga tidak yakin air sumurnya bisa digunakan seperti sedia kala.
“Jadi air di sumur saya setelah saya pakai itu baunya masih ada. Masa saya harus menggunakan dan mengkonsumsi air sumur seperti itu,” jelas Ahmad Satriyo, salah satu warga setempat.
Menanggapi hal ini, pihak ITS kemudian memberikan saran agar sumur warga sudah dinyatakan aman. Untuk sering menggunakan air sumur tersebut. Sehingga sirkulasi air dan kadar minyak yang terjebak di dalam sumur bisa keluar.
“Untuk mengatasi itu kami sarankan bapak dan ibu semua untuk lebih sering menggunakan air sumurnya. Bisa untuk menyiram tanaman dan sebagainya,” terang Ipung
Terkait penghentian kompensasi kepada warga terdampak meski sumur telah dinyatakan aman. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri, Imam Muttakin meminta. Pihak SPBU tidak tergesa-gesa untuk menghentikan kompensasi. Ia menilai bahwa penghentian kompensasi harus dengan cara yang halus.
“Tentunya kalau penghentian kompensasi tidak mendadak itu. Harus dilakukan dengan cara yang smooth. Misalnya untuk warga yang airnya tidak bisa dikonsumsi ya harus ada treatment dahulu dengan memberikan air bersih dan air minum. Sembari memberikan pengertian kepada warga bahwa untuk kompensasi tidak lagi diberikan. Ini agar warga tidak kaget,” jelasnya
Dalam pertemuan tersebut, terdapat warga meminta kompensasi pengeboran sumur baru. Agar mereka bisa menikmati air yang bersih seperti sedia kala.
Jurnalis : Wildan Wahid Hasyim Editor : Nanang Priyo Basuki