KEDIRI – Ada spesial dalam Peringatan Hari Lahir (Harlah) Pancasila digelar DPC PDI Perjuangan Kabupaten Kediri, pada Senin (31/05) malam. Acara digelar secara virtual dan dihadiri jajaran pengurus serta kader terbaiknya Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana. Ditegaskan makna dari sila-sila dalam Pancasila, harus dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Dihadapan para pengurus hingga tingkat ranting, Ketua DPC, Murdi Hantoro berharap Pancasila selalu di dalam sanubari para pengurus, kader dan simpatisan partai. “Perlu memahami nilai-nilai yang ada di dalammya untuj direalisasikan sehari-hari. Harapan saya, paling tidak kader partai mendapat bekal bagaimana terkait nilai luhur di dalam Pancasila diterapkan di kehidupan sehari-hari. Akan kita adakan rutin,” ucapnya
Dalam kesempatan itu, Bupati Kediri akrab disapa Mas Bup, menginggatkan untuk waspada dan mengantisipasi, sejumlah oknum berniat menyebarkan paham radikalisme. “Bahwa kelompok radikalisme ini ada, namun bagi yang paham makna Pancasila tidak akan mudah terhasut,” kata Mas Bup duduk sebagai Wakil Bendahara DPC.
Acara puncak sebagai narasumber, Subarno merupakan Ketua Padepokan Pengamal Pancasila berada di Desa Kencong Kecamatan Kepung. Mengupas tuntas makna Lima Sila dalam Pancasila.
1. Ketuhanan yang maha esa ada gambar bintang hatinya bisa menerangi. Tuhan itu hanya satu. Kita boleh merasa agama kita paling baik tapi bukan untuk menjelekkan agama lain itu Pancasila.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab simbol rantai selalu berkaitan. Dituntut untuk saling menghormati dan memanusiakan manusia. Karena manusia saling membutuhkan seperti membutuhkan pertolongan satu sama lain. Maka dari itu mari jaga kerukunan satu sama lain.
3. Persatuan Indonesia pohon beringin menjaga persatuan dan kesatuan dalam satu pohon beringin. Satu lidi tidak bisa dibuat apapun tapi jika banyak bisa berguna.
4. Segala sesuatu harus dimusyawarahkan dulu agar tidak seenaknya sendiri tanpa memikirkan yang lain dengan musyawarah mufakat. Simbol banteng ada salah benar di tanggung bersama.
5. Keadilan tidak mudah dipahami tapi kita harus menemukan adil itu, adil itu tergantung yang memberi dan menerima. Allah sebenarnya adil pada umatnya ada yang kaya dan miskin tapi sama-sama pernah merasakan senang dan sedih.
“Dengan dasar menjadikan kita bisa melaksanakan Pancasila sebagai prinsip dan selalu teguh imannya,” ungkap Subarno. (dum)