KEDIRI – Debat publik pertama calon wali kota dan wakil wali kota Kediri digelar KPU Kota Kediri, berlangsung Jumat kemarin, masih menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Publik menyoroti gaya komunikasi kedua pasangan calon, Vinanda Prameswati – KH. Qowimudin dan Ferry Silviana Feronica – Regina Nadya Suwono, dianggap masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam menyampaikan visi, misi, serta program kerja mereka untuk Kota Kediri.
Beberapa warga yang menyaksikan debat tersebut mengungkapkan pandangan mereka, menilai bahwa asangan calon (paslon) nomor urut 1, Vinanda dan Gus Qowim menunjukkan kejujuran dalam penyampaian. Sementara paslon nomor urut 2 dinilai lebih pandai berbicara namun cenderung menawarkan janji-janji besar yang terlihat sulit diwujudkan.
Andi, salah satu warga Kelurahan Pojok Kecamatan Mojoroto, ditemui Senin (04/11) menyatakan. Bahwa menurut pendapatnya, Vinanda – Gus Qowim lebih realistis dan terbuka dalam menyampaikan kondisi Kota Kediri.
“Menurut saya, Paslon 1, Vinanda – Gus Qowim, terlihat lebih realistis. Mereka mengakui bahwa ada banyak pekerjaan rumah di Kediri yang harus diselesaikan dan menyampaikan solusi yang masuk akal. Mereka tidak berbicara muluk-muluk, tidak ada janji berlebihan. Di sisi lain, Feronica-Regina memang pintar beretorika, tapi sayangnya terkesan hanya menawarkan mimpi besar tanpa rencana konkret. Jadi, saya lebih suka yang bicara jujur dan apa adanya,” ungkapnya.
Pandangan serupa juga datang dari Rahma, mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Kota Kediri. Yang menilai bahwa Vinanda-Gus Qowim berbicara dengan cara sederhana dan tidak berlebihan.
“Jujur saja, gaya bicara Vinanda-Gus Qowim memang lebih sederhana dan tidak berlebihan. Mereka terlihat mengutamakan kejujuran, apa adanya, dan fokus pada persoalan nyata di Kediri. Sedangkan Feronica-Regina memang terlihat lebih pintar bicara, tapi yang saya rasakan, mereka terlalu banyak memberikan janji manis yang kurang membumi. Saya lebih cenderung memilih pemimpin yang berbicara dengan hati dan tidak asal obral janji,” jelas Rahma
Sementara Budi, warga Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Kota ini, melihat Vinanda-Gus Qowim sebagai pasangan yang jujur dan tulus.
“Saya melihat Vinanda-Gus Qowim sebagai pasangan yang jujur. Mereka menyampaikan masalah dan solusinya dengan sederhana, tanpa janji-janji berlebihan yang sulit diwujudkan. Sebaliknya, Feronica-Regina memang terlihat sangat fasih bicara dan punya ide besar, tapi rasanya mereka terlalu banyak menjanjikan hal yang terkesan ‘wah’. Saya lebih percaya pada pemimpin yang menunjukkan kesungguhan daripada sekadar pintar bicara,” kata Budi.
Sementara Wawan, warga Kelurahan Campurejo Kecamatan Mojoroto memilih sreg dengan paslon 2, karena dianggap sangat menguasai materi dan mampu menjelaskan kasus kemiskinan, solusi pemberdayaan UMKM dengan program bantuan modal serta membuka lapangan kerja dengan mengembangkan pariwisata.
“Kebetulan saya pernah mendampingi langsung Bunda Fe (Feronica, red) saat blusukan di lingkungan saya. Beliau melihat langsung, banyak warga kami yang kekurangan dan perlu segera dibantu. Kemudian program bantuan modal dan Prodamas untuk dilanjutkan bila nanti kembali terpilih,” ucapnya.
Pun demikian, Reza Darmawan selaku Wakil Ketua Tim Pemenangan Vinanda – Gus Qowim berharap pasca debat tidak berlanjut perdebatan dalam bentuk apapun.
“Inilah demokrasi, tidak perlu dilanjutkan perdebatan di media sosial atau dalam bentuk apapun. Sebaiknya tetap jaga suasana damai, guyub dan rukun, serta pastikan kita semua datang ke TPS gunakan hak pilih di 27 Nopember nanti,” terangnya.
Untuk diketahui, KPU Kota Kediri menggelar Debat Publik Calon Walikota dan Wakil Walikota dengan tema Peningkatan Sumber Daya Manusia, Kualitas Hidup, dan Layanan Publik Menuju Kota Kediri yang Lebih Baik.
Acara yang berlangsung di Insumo Kediri Convention Center (IKCC) ini tampaknya berhasil memperjelas karakter dan pendekatan kedua pasangan calon, memberikan kesempatan bagi warga untuk menilai mana pasangan yang lebih tulus dan membumi dalam upaya membawa perubahan bagi Kota Kediri.
editor : Nanang Priyo Basuki