KEDIRI – Meski berasal dari keluarga kurang mampu, Mukhlason kecil kini berhasil mewujudkan cita-citanya sejak kecil. Sang ayah meninggal dunia saat dirinya masih duduk di bangku kelas 2 SD. Dia pun harus berjibaku membantu ibunya agar dapat terus bersekolah.
Sempat merubah cita – cita menjadi guru saat duduk di bangku SMP, namun kini dirinya mampu meraih banyak prestasi gemilang. Diawali dari prestasi beladiri Karate saat duduk di bangku SMA, memuluskan langkah mewujudkan mimpi sebagai anggota Korps Bhayangkara.
Ditemui di ruang kerjanya, Rabu (03/07), Kompol Mukhlason .S.H, sosok perwira dikenal ramah dengan semua kalangan ini. Secara khusus memberikan waktu untuk memberikan inspirasi atas bentuk tugas dan pengabdian Polri selama ini tidak semuanya diketahui masyarakat umum
“Dulu saya belum tahu tugas polisi. Saya melihat polisi itu kan gagah. Saat sekolah saya berprestasi Karate kemudian ada dorongan dari pimpinan Polri. Lulus sekolah langsung masuk pendidikan 11 di SPN Bangsal. Dulu namanya sekolah bintara Polri. Saya ditugaskan jadi instruktur beladiri dan menembak. Saya berfikir ternyata cita-cita saya tercapai semua. Jadi polisi ya jadi guru,” ungkapnya.
Bertugas sejak tahun 1987 baru pada tahun 2003 atau 16 tahun kemudian dirinya masuk Perwira dan lulus. Setelah lulus pria kelahiran Desa/Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto itu ditempatkan pertama kali di Polwil Madiun.
Setelahnya berbagai wilayah di Jawa Timur pernah dia tempati, mulai dari Polres Ngawi, Polres Probolinggo, Polres Mojokerto, Polres Kediri, Polres Sidoarjo hingga sekarang di Polres Kediri Kota tepatnya di Polsekta Mojoroto.
Menjadi Kapolsek sudah tidak perlu diragukan lagi. Selain sering menjabat di sejumlah polsek jajaran Polda Jatim. Pria berusia 57 itu juga pernah meraih prestasi sebagai Kapolsek terbaik Siap Semeru se Jawa Timur pada Agustus 2023. Dirinya meraih Juara 1 dari 654 Kapolsek jajaran di Polda Jatim. Makanya wajar jik di ruang kerjanya dipenuhi sejumlah piagam penghargaan.
“Ini macam – macam ada dari unsur media, LSM, tokoh agama, sekolah dan paguyuban juga. Banyak sekali sampai banyak yang belum terpasang. Ini hanya piagam selama saya menjabat di Polsekta Mojoroto selama 2,5 tahun,” terang bapak 4 orang anak.
Ada satu kasus hingga sekarang masih diingatnya dan membuatnya bangga menjadi anggota Polri. Saat mengungkap kasus pembegalan, saat menjabat Kapolsek Trawas Polres Mojokerto. Dengan feeling yang kuat, berhasil menangkap 6 pelaku begal meski salah satu pelaku sempat melarikan diri.
Berbekal menjadi instruktur menembak, dirinya mampu melumpuhkan pelaku yang sedang berlari tepat terkena kaki. Meski demikian baginya kebanggaan terbesar adalah melayani masyarakat dan memelihara Harkamtibmas.
“Mencegah masalah kecil agar tidak menjadi konflik besar dan perpecahan itu adalah hal yang lebih besar daripada menangkap penjahat. Bila masyarakat yang memanggil, sekecil apapun itu kita harus datang supaya masyarakat merasa kita hadir di tengah masyarakat,” tutur Kapolsekta Mojoroto.
Laki-laki yang hobi bermain sepakbola saat muda itu berharap di momen HUT Bhayangkara ke 78 polisi bisa semakin profesional bukan ditakuti masyarakat tapi disayangi masyarakat.
“Polisi makin dekat dengan masyarakat, masyarakat berani melapor ke polisi kalau ada masalah. Masyarakat harus punya nomor polisi supaya ada apa apa polisi,” ujarnya.
Jurnalis : Sigit Cahya Setyawan Editor : Nanang Priyo Basuki