KEDIRI – Dalam rangkaian menyemarakkan HUT Kemerdekaan RI, Pemerintah Kabupaten Kediri menggelar Istighosah dan Doa Bersama di Masjid Agung An Nur Pare, Selasa (29/08). Hadir para tokoh NU, Bupati Hanindhito Himawan Pramana, Wakil Bupati Dewi Mariya Ulfa serta jajaran Forkopimda.
Memimpin Istighosah dan doa bersama, KH. Abdul Nasir Badrus, Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri dan memberikan siraman rohani, Agus Abdurrahman Al Kautsar merupakan pengasuh Ponpes Al Falah Ploso Mojo.
Dalam sambutannya, Mas Dhito sapaan akrab Bupati, sempat menyinggung terkait keberadaan masjid agung harus segera dilakukan renovasi. “Saya malu sama kyai, keadaannya gelap, keramiknya sudah jelek dan halaman sekitar masjid kurang bagus. Padahal kita membangun bandar, jalan tol dan stadion yang megah,” ucapnya.
Untuk itu, dia pun berharap pada tahun 2024 telah selesai dilakukan renovasi. Hal ini juga berlaku bagi semua desa. Dimana akses utama berupa jalan, merupakan tanggung jawab kepala desa untuk melakukan pembangunan. “Saya tahu jalan rusak masih banyak. Sekarang kita ubah pola, satu desa satu usulan jalan setiap tahun. Bila ada kerusakan yang pertama tanggung jawab kades,” jelasnya.
Pada kesempatan ini, Mas Dhito juga menyampaikan permohonan maaf bila selama memimpin 2,5 tahun masih ada salah. Dia pun menghimbau kepada seluruh warga untuk tetap guyub rukun dan membangun keluarga yang baik
“Saya sekarang suka melek sampai pagi, cek sejumlah masalah. Juga ada aduan, lagi bertengkar sama istrinya. Kemudian ada terjerat pinjaman online dan macam-macamlah masalahnya. Tapi saya berusaha balas,” ungkap Mas Dhito.
Gus Kautsar dalam siraman rohaninya, menginggatkan bahwa tidak saatnya lagi menghujat kepala daerah. Bahwa sebagai umat Islam, wajib hukumnya untuk mendoakan pemimpinnya. “Bila ada pemimpin salah, maka urusannya dengan Alloh. Namun bila warganya justru memusuhi kepala daerah, maka kepala daerah awalnya berbuat baik malah bisa berbuat dzholim,” jelasnya.
editor : Nanang Priyo Basuki