Pemilihan Kepala Daerah Kota Kediri telah usai, membawa pasangan Vinanda Prameswati dan KH. Qowimuddin Thoha sebagai pemimpin lima tahun ke depan. Namun, cerita tak berakhir pada kemenangan itu saja. Isu-isu menarik mulai bermunculan, khususnya mengenai bagaimana pemimpin terpilih akan bersikap terhadap rival politik serta para pendukung setia mereka.
Dua pertanyaan besar muncul : Akankah Wali Kota terpilih melakukan balas dendam kepada kompetitornya? Ataukah lebih fokus pada balas jasa kepada sosok-sosok yang berperan besar dalam kemenangan mereka?
Penulis : Nanang Priyo Basuki Jurnalis kediritangguh.co
Meski fenomena ini wajar terjadi, pemandangan di Balai Kota Kediri memperlihatkan dinamika yang menarik perhatian.
Fenomena “Pejabat Carmuk” di Balai Kota
Sejumlah sumber mengungkapkan bahwa suasana Balai Kota Kediri kini terbelah. Ada segelintir pejabat yang tetap tenang, bekerja sesuai tugas atas amanah yang diberikan.
Namun, banyak lainnya yang justru sibuk melobi dan mendekat kepada pasangan terpilih, menggunakan berbagai cara untuk menarik perhatian.
Fenomena ini dikenal dengan istilah “carmuk,” atau cari muka, yang belakangan menjadi pembicaraan hangat hingga terdengar dari luar.
Sementara itu, Vinanda Prameswati, yang kini akrab disapa “Mbak Wali,” terlihat tetap tenang menghadapi situasi ini. Sebagai pemimpin, ia tampak menyadari kehadiran para pejabat yang mencoba menarik perhatiannya. Namun dia terlihat tenang dan memilih untuk tetap berfokus pada visi besar Kota Kediri.
Hal serupa terlihat dari Gus Qowim, sapaan akrab Wakil Wali Kota terpilih, yang justru menjalani kesehariannya dengan santai. Bahkan, tetap melanjutkan perannya sebagai guru ngaji di pondok pesantren.
Sikap Kenegarawanan dan Komitmen Pelayanan
Kemenangan pasangan ini dalam Pilkada menjadi bukti dukungan besar masyarakat Kediri terhadap visi dan misi mereka. Dengan slogan “Satu untuk Kediri,” Vinanda dan Gus Qowim berkomitmen untuk menghadirkan kepemimpinan yang mengedepankan pelayanan publik.
Sepertinya, pasangan ini tidak memiliki sifat dendam maupun melakukan praktik balas jasa berlebihan, tentunya akan merusak tata kelola pemerintahan.
Pada satu kesempatan, Gus Qowim menegaskan bahwa Kota Kediri bukanlah sebuah kerajaan di mana pemimpin bertindak sewenang-wenang. Sebaliknya, setiap pejabat diberikan kesempatan untuk membuktikan kinerja mereka dan berubah menjadi lebih baik demi kepentingan bersama.
Fokus pada APBD untuk Rakyat
Sudjono Teguh Wijaya, Wakil Ketua DPRD Kota Kediri sekaligus sosok yang kali pertama mengorbitkan pasangan ini. Menekankan pentingnya pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang bersih dan transparan. Ia memastikan bahwa seluruh anggaran akan digunakan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat, tanpa ada ruang untuk praktik korupsi.
Harapan Baru untuk Kota Kediri
Di bawah kepemimpinan Mbak Vinanda dan Gus Qowim, Kediri menghadapi era baru yang menjanjikan pemerintahan yang inklusif, damai, dan fokus pada kesejahteraan warganya. Slogan “Satu untuk Kediri” bukan hanya janji, tetapi cita-cita yang diharapkan dapat terwujud melalui kerja keras dan dedikasi pasangan pemimpin ini.
Fenomena “pejabat carmuk” mungkin hanya menjadi bagian kecil dari dinamika politik lokal. Namun, masyarakat Kediri kini berharap bahwa para pemimpin mereka akan membawa perubahan yang nyata, menjadikan kota ini tempat yang lebih baik untuk semua.