KEDIRI – Ribuan jamaah menghadiri acara Tausyiah Kebangsaan digelar malam ini, (12/05) di Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) Kabupaten Kediri. Acara dikemas dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Kediri ke-1219, Habib Lutfi bin Yahya melalui virtual menginggatkan. Tentang pentingnya merekatkan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara sebagai wujud cinta tanah air.
Hadirnya Habib Ali Zaenal Abidin selaku Pimpinan Majelis Shalawat Az-Zahir juga menjadi daya tarik tersendiri bagi ribuan jamaah yang hadir. Kehadiran para ulama se-kediri Raya disambut langsung Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana. Dalam amanahnya, Habib Lutfi menegaskan pentingnya menjaga kehormatan bangsa disaat ini.
“Semakin menurunnya kecintaan kepada bangsa dan tanah air. Maka perlu disampaikan makna kandungan Bendera Merah Putih. Yang pertama terkait kehormatan bangsa, kedua harga diri bangsa dan ketiga jati diri bangsa. Bahwa kemerdekaan ini diraih dengan darah dan pengorbanan bukan merupakan hadiah dari penjajah,” ungkap Habib Lutfi.
Maka selaku anak bangsa, lanjut Habib Lutfi, sebagai generasi penerus agar tidak mengecewakan para leluhur dan pendiri bangsa ini. Jangan sampai kehormatan tersebut dikotori hingga menjadikan kerapuhan. “Maka dengan tauzyiah kebangsaan, menginggatkan kembali. Tidak cukup dengan kata Alhamdulillah. Maka kita harus menjaga segala pemberian Alloh. Menjadi bekal menjalankan perintahNya dan melakukan segala hal yang baik,” imbuh beliau.
Beliau pun mencontohkan budaya membangun rumah dimana terdapat segala bentuk keperluan. “Budaya membangun rumah harus dirawat. Terdapat janur, tebu, padi, kelapa, pisang dan tidak cukup itu saja. Namun juga memasang Merah Putih dengan ingkung ayam juga disertai bacaan salawat. Merah putih merupakan budaya harus dilestarikan di dada kita,” tegas Habib Lutfi.
Ditambahkan Habib Bidin sapaan akrab Habib Ali Zaenal Abidin, yang dikenal merubah lirik lagu Joko Tingkir menjadi syair pujian menegaskan amanah diberikan Habib Lutfi. “Bahwa saat ini kita hidup di jaman media sosial, bahkan fatwa ulama kalah sama media sosial. Kepada Zahir Mania secara khusus, saya ingatkan jangan jadi wong kagetan. Apa yang ngetren atau lagi rame terus kemudian diikuti. Kita harus punya prinsip yang jelas, carilah guru yang jelas ilmu dan ajarannya,” ungkap beliau
Kepada para jamaah diingat untuk tidak turut menebarkan kebencian serta menyalahkan orang lain. “Jika ada habib, kyai, gus atau ulama salah. Jangan terus semua disalahne. Ada oknum polisi tidak baik, jangan semua disalahkan, jangan terus Kapolres disalahkan padahal Bapak Kapolres ini orang baik. Sebanyak apapun ibadahmu, sebanyak apapun sodaqohmu, semua tidak berarti jika membenci orang lain,” tegas beliau.
editor : Nanang Priyo Basuki