KEDIRI – Massa PMII Kediri mewujudkan janjinya dengan menggerah seluruh kekuatan menggelar aksi di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Kediri, Selasa (14/02). Dalam orasinya kembali menegaskan menolak perpanjangan masa jabatan kepala desa. Givang Tri Prayoga, Ketua II PC PMII Kediri dikonfirmasi usai aksi, bahwa tuntutannya digelar dialog difasilitasi DPRD dan pemerintah kabupaten.
Secara bergantian diselingi aksi teatrikal, massa mahasiswa tergabung di PMII datang secara dua gelombang. Dalam kutipan orasinya, perpanjangan masa jabatan kepala desa akan berdampak sistem demokrasi di desa.
“Kita dibodohi mereka atas nama rakyat ganda tersebut bukan dari kehendak umum. Tapi kehendak rakus, dinilai tidak masuk akal mereka merasa jabatan 6 tahun tidak cukup untuk merealisasikan janji-janjinya. Sehingga perlu 9 tahun untuk menuntaskan kerjanya, akan berdampak konflik berkelanjutan alasan tersebut tidak rasional”.
Aksi ini kemudian ditemui Ketua DPRD Dodi Purwanto, menyampaikan bahwa pihaknya bersedia mempertemukan perwakilan PMII dengan perwakilan kepala desa. “Itu merupakan aspirasi dari teman-teman PKD yang berangkat ke Jakarta. Sampai sekarang pun belum sampai Prolaknas, tahapannya masih jauh. Saya tidak mengatakan setuju atau tidak, karena domainnya bukan di DPRD Kabupaten kediri, tapi di DPR RI. Kalau mau di mediasi untuk hiring dari PKD akan kita jadwalkan,” ungkapnya.
Givang Tri Prayoga mewakili PMII Kediri berharap pertemuan tersebut terealisasi. Digelarnya dialog terbuka di Monumen SLG dan dialog terbuka di Gedung DPRD Kabupaten Kediri. “Sebelumnya kami telah menyerapkan informasi dari masyarakat, bahwa mereka tidak menginginkan. Begitu juga kami analisis di media sosial itu cenderung tidak menyetujui.
Kelangsungan dialog itu digelar dua kali, pertama Kamis difasilitasi DPRD, kemudian dialog kedua difasilitasi Pemkab bertempat di SLG,” jelasnya.
Kenapa memilih SLG, karena menurutnya itu merupakan ruang terbuka publik. “Masyarakat bisa datang dan melihat langsung. Jika dialog di gedung DPRD, berada di dalam ruangan dan masyarakat cenderung mendapatkan informasi hanya melalui berita,” imbuhnya.
Jurnalis : Kintan Kinari Astuti Editor : Nanang Priyo Basuki