KEDIRI – Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, menegaskan bahwa inti dari pendidikan pesantren bukan hanya soal pengetahuan, tetapi pembinaan spiritual atau tarbiyah rohaniah. Hal itu ia sampaikan saat menyampaikan kuliah umum di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Rabu (23/7), dalam acara bertema “Peran Ma’had Aly dalam Membangun Peradaban Islam dan Kebangsaan Indonesia.”
Di hadapan ribuan mahasantri Ma’had Aly Lirboyo, KH Yahya mengingatkan agar pesantren tak kehilangan ruhnya di tengah transformasi menuju sistem pendidikan formal. Menurutnya, meskipun modernisasi membawa manfaat seperti perluasan akses dan penguatan struktur akademik, pesantren tetap harus memelihara relasi spiritual yang menjadi fondasi tradisi mereka.
“Jantung pendidikan pesantren adalah tarbiyah rohaniah, bukan sekadar taklim akli atau transfer ilmu. Hubungan antara kiai dan santri itu bersifat ruhaniah. Dari situ, kapasitas intelektual akan tumbuh,” ujarnya tegas.
Ia menilai, hubungan batin antara guru dan murid telah menjadi kekuatan utama dalam membangun karakter dan peradaban Islam khas Nusantara. Model ini, lanjutnya, berbeda jauh dari pendekatan pendidikan Barat yang lebih akademis dan teknokratis.
Maha Santri Ma’had Aly

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Atthoillah Salahudin Anwar, mengungkapkan bahwa Ma’had Aly Lirboyo saat ini menampung 5.304 mahasantri aktif. Lembaga ini fokus mengembangkan kajian fiqih, terutama fiqih kebangsaan, dan telah memiliki 307 santri di jenjang Ma’had Aly Tsaniyah atau setara dengan pendidikan pascasarjana.
“Kami berharap para mahasantri tidak hanya menguasai kitab kuning, tetapi juga memahami konteks kebangsaan dan siap terjun mengabdi di tengah masyarakat,” ujarnya.
KH Atthoillah menambahkan, ribuan alumni Lirboyo telah tersebar di berbagai daerah untuk berdakwah dan memperkuat pendidikan Islam.
Namun, ia mengakui bahwa perkembangan jumlah santri yang pesat dan sistem pendidikan yang makin formal membawa tantangan baru: menjaga ikatan spiritual antara santri dan kiai agar tidak luntur.
KH Yahya pun menutup orasinya dengan menegaskan bahwa Ma’had Aly bukan sekadar “perguruan tinggi dalam balutan bahasa Arab”, melainkan harus menjadi pusat pembinaan ruhani dan keilmuan khas pesantren. Pendidikan seperti inilah yang diyakininya mampu melahirkan generasi berilmu dan berakhlak, serta berkontribusi dalam membangun peradaban Islam dan bangsa Indonesia secara berkelanjutan.
jurnalis : Sigit Cahya SetyawanBagikan Berita :









