KEDIRI – Dalam rangka memperingati Tragedi Trisakti 12 Mei 1998, berbagai organisasi kepemudaan di Kota Kediri menyuarakan pentingnya mengenang kembali semangat perjuangan mahasiswa di masa reformasi. Peristiwa yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti tersebut menjadi tonggak penting dalam sejarah demokrasi Indonesia.
Ketua DPD KNPI Kota Kediri, Munjidul Ibad, menyampaikan bahwa Tragedi Trisakti bukan sekadar catatan kelam, tetapi simbol nyata perjuangan mahasiswa melawan ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan.
“Kita harus mengapresiasi pengorbanan para korban Tragedi Trisakti. Tanpa keberanian mereka, mungkin sistem pemerintahan kita tidak akan berubah seperti sekarang,” ungkap Ibad sapaan akrabnya.
Ia menambahkan bahwa reformasi yang lahir dari peristiwa tersebut membawa banyak perubahan positif bagi Indonesia, mulai dari keterbukaan informasi, sistem pemerintahan yang lebih transparan, hingga desentralisasi yang memberi ruang pemerataan ekonomi di daerah.
Namun, Ibad juga menyoroti tantangan yang dihadapi generasi muda masa kini. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, ia mengingatkan agar pemuda tidak larut dalam apatisme atau hanya menjadi penonton perubahan.
“Pemuda harus tetap kritis dan berani bersuara terhadap ketidakadilan. Semangat reformasi harus terus hidup, meski zaman telah berubah. Kritis itu penting, tapi juga harus disertai aksi nyata dan pemahaman yang mendalam melalui diskusi dan kajian,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya adaptasi terhadap era digital. Menurutnya, generasi muda harus terus meningkatkan keterampilan agar tidak tertinggal.
“Teknologi berkembang cepat. Kalau tidak mau belajar dan beradaptasi, kita bisa tergerus oleh zaman,” tambah Munjidul.
Titik Balik

Senada dengan itu, Ketua PMII Kota Kediri, Novikha Istyana, juga menegaskan bahwa Tragedi Trisakti adalah titik awal kebangkitan mahasiswa dalam memperjuangkan demokrasi dan menggulingkan rezim otoriter.
“Reformasi bukan garis akhir, tapi awal dari tanggung jawab besar. Kita sebagai generasi muda harus melanjutkan perjuangan itu dengan integritas dan kepedulian,” tutur Novikha.
Ia mengajak pemuda untuk tidak hanya mengenang reformasi sebagai sejarah, tetapi menjadikannya sebagai pijakan untuk terus berkontribusi secara nyata bagi bangsa.
“Jadilah agen perubahan. Gunakan pemikiran tajam, suara yang berani, dan tindakan nyata demi keadilan dan kemajuan negeri,” serunya.
Baik Ibad maupun Novikha sepakat bahwa semangat perjuangan 1998 tidak boleh padam. Mereka berharap pemuda masa kini tetap menjaga sikap kritis, peduli pada kondisi sosial, serta terus berkomitmen membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.
Peringatan Tragedi Trisakti ini menjadi momen reflektif untuk kembali menghidupkan semangat reformasi. Sebuah ajakan bagi generasi muda agar terus berjuang demi demokrasi yang bersih, keadilan sosial, dan masa depan bangsa yang lebih baik.
Bagikan Berita :








