KEDIRI – Kasus pencemaran air sumur warga Kelurahan Tempurejo Kecamatan Pesantren, disebabkan kebocoran BBM dari SPBU setempat. Akhirnya menjadikan alasan kuat, Aliansi Kediri Bersatu (AKB) turun langsung ke lapangan, Jumat (09/08).
Kehadiran mereka mempertanyakan kompensasi air minum untuk 11 kepala keluarga, seharusnya tanggung jawab pihak SPBU ternyata kembali dihentikan. Hadir dalam pertemuan ini, Kabag Ekonomi Erwin Soekarno dan plt. Kalaksa BPBD Widiantoro.
Supriyo, selaku koordinator AKB menegaskan, bahwa pihaknya akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas. Menurutnya, warga Tempurejo yang awalnya hidup dalam kondisi layak, kini menghadapi kesulitan akibat masalah pencemaran air ini.
“Kami akan terus mengawal kasus ini sampai selesai. Warga di sini juga adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak untuk hidup layak. Urusan antara SPBU dan pemerintah adalah hal terpisah, tapi hak hidup warga harus tetap dipenuhi,” kata Supriyo.
AKB juga memperingatkan, bahwa jika masalah ini tidak segera diselesaikan. Mereka akan mengajak warga setempat untuk bermalam di Balai Kota Kediri sebagai bentuk protes.
“Jika hak warga tidak segera dipenuhi, kami terpaksa mengajak warga untuk pindah ke Pemkot Kediri. Mereka akan menginap di sana secara massal,” tambah Supriyo.
Menanggapi audiensi ini, Widiantoro menyatakan. Bahwa hasil pertemuan ini akan segera dilaporkan kepada PJ Wali Kota Kediri. Ia berharap bisa ditemukan solusi yang menguntungkan semua pihak.
“Kami akan mencari solusi yang win-win solution dan melaporkan hasil audiensi ini kepada Bu Pj. Walikota,” ungkapnya.
Di sisi lain, warga Tempurejo mengaku kecewa dengan keputusan sepihak dari pihak SPBU yang menghentikan kompensasi. Sulastri, salah satu warga terdampak, menyatakan bahwa pencabutan kompensasi ini membuat warga kesulitan, terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti mandi dan minum.
“Kalau kompensasi airnya dicabut, kami akan sangat kesulitan. Air itu kebutuhan penting. Kalau harus membeli air, harganya lima ribu dan kalau air bersih juga tidak dikirim, bagaimana kami bisa mandi dan memenuhi kebutuhan lainnya?” ujar Sulastri, dengan nada kecewa.
Jurnalis : Wildan Wahid Hasyim Editor : Nanang Priyo Basuki