KEDIRI – Suasana penuh khidmat dan haru menyelimuti kawasan Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kabupaten Kediri, Kamis (4/7), saat ribuan orang memadati lokasi dalam rangka Haul Akbar Masyayikh sekaligus penutupan peringatan 100 tahun berdirinya pesantren legendaris ini.
Acara besar ini dihadiri oleh beragam kalangan—dari masyarakat umum hingga tokoh nasional seperti Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Muhaimin Iskandar, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto, hingga Wakil Presiden RI ke-13, K.H. Ma’ruf Amin.
Dalam tausiyahnya, K.H. Ma’ruf Amin menyampaikan rasa hormatnya terhadap perjalanan panjang Ponpes Al Falah Ploso dalam mencetak para ulama. Ia menyebut pesantren ini sebagai “pabrik kyai”, karena dari sinilah lahir para tokoh agama yang terus melahirkan generasi penerus.
“Pondok Ploso ini melahirkan pabrik kyai. Kyai-kyai yang dilahirkan, terus melahirkan kyai-kyai selanjutnya. Minimal hampir kyai,” ujarnya disambut antusiasme jamaah.
Momentum haul ini menjadi penanda satu abad dedikasi dan perjuangan spiritual yang dimulai oleh KH. Djazuli Usman. Lebih dari sekadar perayaan, acara ini menjadi momen renungan, napak tilas sejarah, dan penguatan spiritual bagi ribuan hadirin.
KH. Nurul Huda Djazuli, pengasuh pesantren sekaligus putra keempat KH. Djazuli, membagikan kisah tentang sosok sang ayah. Ia menggambarkan KH. Djazuli sebagai pribadi sederhana, namun sangat kuat dalam pendidikan dan pengabdian.
“Orang mungkin melihat beliau sebagai sosok yang lugu. Tapi kenyataannya luar biasa. Tarbiyah-nya terhadap anak-anak begitu mendalam. Mereka tidak disuruh bekerja, cukup fokus pada ngaji,” ungkap KH. Nurul Huda.
Ia menambahkan bahwa nilai keikhlasan dan ketawakalannya justru menjadi sumber berkah luar biasa. Dari tempat yang dulu sepi, kawasan Ploso kini menjadi pusat ilmu dan spiritualitas yang ramai.
“Sekarang, orang yang tidak mencintai dunia dianggap kuno. Padahal dunia ini seperti bayangan—semakin dikejar, semakin menjauh. Kita diciptakan hanya untuk ibadah,” lanjutnya dengan penuh makna.
Rangkaian acara berlangsung meriah namun tetap penuh ketenangan. Ribuan santri, alumni, dan jamaah dari seluruh penjuru negeri larut dalam lantunan doa, dzikir, dan pengajian akbar.
Jalanan di sekitar pesantren pun dipenuhi oleh jamaah yang datang berombongan, bahkan beberapa membawa bantal untuk duduk dan mendengarkan dengan nyaman hingga acara selesai.
Haul akbar ini menjadi bukti bahwa Al Falah Ploso bukan hanya tempat menimba ilmu agama, melainkan sebuah peradaban hidup yang terus menyinari umat dengan nilai-nilai luhur dan keteladanan.
jurnalis : Sigit Cahya Setyawan