KEDIRI – Raibnya uang milik nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencapai ratusan juta, kini menjadi viral di Kediri. Salah satu menjadi korban, istri Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Kediri, Murdi Hantoro. Bahwa merasa, pihak bank cukup lambat dalam menanggani aduan. Selain itu dirinya merasa belum mendapatkan sosialisasi atas maraknya penipuan.
Sejumlah nasabah lainnya juga mengalami hal yang sama, rata-rata yang yang hilangan di kisaran 1 juta-an. Seperti dialami Siti Isminah, warga Kayen Kidul Kabupaten Kediri saat ditemui di Mapolres Kediri, Rabu (12/10). Dia mengaku uangnya juga raib, akhirnya memilih mengurangi isi tabungannya di BRI dan memindahkan ke bank lain.
“Saya beberapa kali mengalami uang di tabungan BRI tiba-tiba berkurang. Makanya sekarang saya menaruh uang di rekening secukupnya, selebihnya saya simpan di bank pemerintah lainnya,” ucap Siti Isminah. Dia pun memilih memindahkan uang ke bank lain, karena mendapatkan informasi meski mengadu ke lembaga terkait, uang tidak bakal kembali. “Malah kesel wira-wiri,” imbuhnya.
Atas permasalahan ini, mengutip pernyataan Direktur Group Riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Herman Saheruddin. Saat menjadi narasumber dalam acara acara Workshop Media Jawa Timur, Jumat lalu bersama Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim. Harus intensif dilakukan peningkatan literasi keuangan masyarakat, salah satunya menggandeng media untuk melakukan edukasi dan penyebarluasan informasi.
“Bahwa jurnalis harus mampu berada di tengah masyarakat memberikan informasi dan edukasi. Termasuk saat ini, saya selaku Ketua PWI Jawa Timur, mengajukan usulan terkait uji kompetensi bagi wartawan agar lebih spesifik. Misal UKW khusus wartawan ekonomi, dengan kemampuan dimiliki wartawan akan membantu kinerja perbankan,” ucap Lutfil Hakim menegaskan pernyataan Herman Saheruddin.
Dalam workshop digelar di Surabaya pada 6-8 Oktober 2022 ini, LPS mensosialisasikan peran dan fungsi, sekaligus berbagi tips agar tabungan masyarakat aman di bank.
“Bagi kita sebagai nasabah, yang patut diwaspadai adalah adanya pihak yang tidak bertanggung jawab dengan modus social engineering. Kita harus memiliki pertahanan dari modus ini. Beberapa tipsnya ialah apabila ada pihak siapapun itu yang meminta PIN kita dengan alasan apapun, jangan kita pernah diberikan,” terang Herman Saheruddin
Bila kemudian terjadi permasalahan terkait bank, Direktur Group Riset LPS menyarankan agar mendatangi bank yang bersangkutan untuk melakukan konfirmasi.
“Intinya bank itu tidak akan menutup akun tanpa persetujuan kita. Untuk memastikannya, kita dapat datang ke bank atau menelepon call center bank yang resmi. Nasabah jangan percaya begitu saja jika ada yang menghubungi lewat telepon atau media komunikasi lainnya. Selain dari sisi nasabah, tentu saja bank juga terus didorong oleh regulator untuk terus memperkuat sistem IT-nya secara berkala dengan memperkuat sistem cyber security-nya,” jelasnya.
Kemudian, lanjut Herman, untuk membantu masyarakat agar tidak lagi menjadi korban penipuan. Perlu dilakukan antara regulator bersama dengan media, terus mengedukasi dan juga memberikan informasi seperti misalnya tips menabung aman dan lain sebagainya.
“Kami sebagai regulator juga tidak bisa berjalan sendiri untuk meningkatkan literasi keuangan di masyarakat, besar harapan kami kepada insan media untuk bersama-sama memberikan informasi mengenai hal ini kepada masyarakat. Acara semacam ini (workshop media) perlu untuk terus dilakukan, karena meningkatkan literasi keuangan masyarakat adalah tugas besar kita,” jelasnya.
Dalam kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh LPS tersebut, juga dipaparkan mengenai berbagai tantangan bagi perekonomian nasional ke depan, antara lain kenaikan inflasi global, kenaikan harga energi, perlambatan beberapa ekonomi utama dunia seperti Amerika Serikat dan Eropa, serta kenaikan bunga secara global. Namun demikian, ekonomi Indonesia masih akan terus melanjutkan pemulihan.
editor : Nanang Priyo Basuki