KEDIRI – Di bawah kepemimpinan Bupati Hanindhito Himawan Pramana, secercah harapan kembali menyinari ribuan anak yang sebelumnya terpinggir dari dunia pendidikan. Lebih dari 6.000 anak yang semula tercatat tidak bersekolah, kini perlahan-lahan kembali menapaki jalan ilmu, berkat langkah taktis dan empati seorang pemimpin muda yang akrab disapa Mas Dhito.
Melalui kolaborasi lintas sektor dan komitmen tak kenal lelah, Pemerintah Kabupaten Kediri berhasil menekan angka anak tidak sekolah dari hampir 12.000 jiwa menjadi 5.027 anak saja hingga awal Mei 2025. Sebuah capaian luar biasa yang menjadi salah satu konsern utama Mas Dhito selama ini.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri, Mochamad Muhsin, menjelaskan bahwa berbagai program inovatif menjadi penopang keberhasilan ini. Mulai dari pemberian beasiswa, program home visit teacher award, hingga pendekatan budaya yang menggugah hati—seperti kolaborasi dengan pelaku seni jaranan dan karawitan.
Bahkan, panggung kesenian pun kini menjelma menjadi ruang kampanye pendidikan. Jika ditemukan anak yang belum kembali bersekolah saat pertunjukan berlangsung, tim dari Dinas Pendidikan sigap mencatat dan langsung membantu proses pendaftarannya kembali ke bangku pendidikan.
“Atas arahan Mas Bup, kami mendorong para guru agar menyapa langsung lingkungan, mencari anak-anak yang putus sekolah, agar mereka bisa kembali menuntut ilmu,” ujar Muhsin, Sabtu (14/6/2025).
Tak hanya soal jumlah, Mas Dhito juga memberi perhatian besar pada inklusivitas. Anak-anak difabel kini mendapat ruang lebih luas untuk belajar. Sebanyak 270 sekolah di Kabupaten Kediri telah membuka akses inklusif, dan lebih dari 300 guru telah dilatih untuk menjadi pendamping anak berkebutuhan khusus. Tahun ini, 300 guru tambahan pun direncanakan mengikuti pelatihan serupa.
Menjelang tahun ajaran baru 2025-2026, semua sekolah diinstruksikan membuka pintu selebar-lebarnya bagi anak-anak difabel. Dalam proses penerimaan murid baru (SPMB), mereka wajib diterima tanpa diskriminasi.
“Kami ingin memastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal hanya karena perbedaan,” tegas Muhsin.
Mas Dhito percaya, dengan mengembalikan anak-anak ke sekolah, maka benih-benih masa depan bisa tumbuh. Pendidikan bukan sekadar hak, tetapi jembatan untuk memutus rantai kemiskinan dan membuka peluang kehidupan yang lebih baik.
Dengan target menghapus kemiskinan ekstrem dalam lima tahun ke depan, pendidikan menjadi fondasi utama yang terus diperkuat oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. Karena di balik setiap anak yang kembali belajar, ada harapan besar untuk keluarga, masyarakat, dan masa depan bangsa. (*)