KEDIRI – Sebuah artefak arkeologis yang sangat langka, Kepala Bodhisattva dari situs Candi Adan-Adan, menjadi sorotan utama dalam pameran temporer jelang peluncuran Museum Daerah Kabupaten Kediri. Pameran yang dimulai pada Selasa, 17 Juni 2025 ini, digelar oleh Pemerintah Kabupaten Kediri melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan akan berlangsung hingga 21 Juni mendatang.
Artefak yang menjadi masterpiece dalam pameran ini bukan sekadar benda kuno. Ia merepresentasikan kedalaman spiritual dan kehalusan seni masa lampau, menjadi saksi bisu kejayaan peradaban Kediri yang patut dibanggakan.
“Pameran ini adalah momen untuk membuka mata publik, bahwa Kediri bukan hanya daerah pertanian, tapi juga tanah yang kaya akan warisan budaya dan spiritual,” ungkap Wakil Bupati Kediri, Dewi Mariya Ulfa usai membuka pameran.
Selama pameran berlangsung, pengunjung bisa menjelajahi koleksi dari 17 situs bersejarah yang tersebar di seluruh Kabupaten Kediri. Di antaranya terdapat arca, foto dokumentasi, hingga peninggalan arkeologi yang belum pernah dipamerkan sebelumnya. Namun, tidak semua koleksi dari museum lama seperti Museum Bagawantabari telah dipindahkan ke lokasi pameran saat ini.
“Kalau kita tidak rawat, budaya bisa hilang. Lewat museum ini, kita ingin mewariskan nilai-nilai luhur Kediri kepada generasi selanjutnya,” jelas Mbak Dewi.
Pameran ini terbuka untuk umum dan menjadi ajang yang sayang untuk dilewatkan terutama bagi pelajar, akademisi, hingga masyarakat luas yang peduli akan jejak sejarah dan kebudayaan lokal.
Menurut Mustika Prayitno Adi, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kegiatan ini merupakan bagian dari tahap pra-peluncuran Museum Daerah Kediri. Saat ini, tim tengah menyusun Detail Engineering Design (DED) dan merancang pembangunan interior museum yang akan menjadi rumah baru bagi artefak-artefak berharga tersebut.
“Targetnya, tahun ini juga museum bisa diresmikan secara penuh oleh Mas Bup (Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana),” ujarnya.
Tak hanya sebagai ruang pamer, Museum Daerah Kediri dirancang sebagai pusat edukasi budaya yang inklusif. Di sana, generasi muda diharapkan dapat belajar mengenal dan mencintai akar sejarahnya sendiri. Pembangunan museum ini merupakan langkah konkret pemerintah untuk menjaga warisan budaya, baik yang berbentuk benda maupun tak benda.
jurnalis : Kintan Kinari Astuti